Menjadi traveler berarti harus merasakan riuh kehidupan di mana kaki kita berpijak. Menjadi traveler berarti harus mampu merasakan budayanya, menikmati alamnya, bermukim bersama ramah penduduknya dan tentu tak boleh melewatkan kulinernya.
Salah satu tujuan saya saat itu adalah Papua. Makanan pokok dan kuliner khas Papua salah satunya adalah papeda. Makanan yang memiliki serat tinggi, rendah kolestrol dan cukup nutrisi ini disuguhkan oleh pengelola homestay Harfat Jaya di Misool Selatan. Sebagai tamu yang baru pertama kali datang ke Papua pasti heran dengan makanan ini. Namun, setelah dijelaskan singkat oleh penduduk asli bahwa papeda merupakan kuliner khas Papua, maka sudah wajib bagi saya mencoba masakan ini.
Bahan utama papeda adalah tepung sagu yang tentunya berasal dari pohon sagu. Tepung sagu tersebut kemudian dimasak hingga bertekstur kenyal seperti gambar di atas. Bagi yang belum terbiasa makan papeda mungkin akan heran dan sulit merasakannya. Namun, berbeda dengan orang Papua dimana papeda telah menjadi makanan pokok pengganti nasi. Salah satu masyarakat Papua mengatakan bahwa papeda kaya akan nutrisi. Maka tak heran kebanyakan orang Papua berpostur tinggi dan kuat.
Papeda sendiri tidak memilki rasa. Makanan bertekstur kenyal dan mirip dengan lem ini biasa disajikan dengan kuah kuning (kuah ikan). Kuah kuning inilah yang menjadi kunci kelezatan dari papeda. Kadang untuk menyantap papeda, masyarakat Papua juga menambahkan lauk seperti bia / kerang. Bagian paling seru dari papeda adalah cara menyantapnya. Cara mengambil papeda pun memiliki teknik tersendiri. Cara termudah adalah dengan menggunakan sumpit atau garpu, papeda diangkat lalu digulung secara cepat hingga terputus. Papeda yang sudah dicampur dengan kuah ikan kuning akan disedot perlahan-lahan dari bibir piring, sambil meminum kuah ikan kuning. Maka tak heran, sepiring papeda dapat dihabiskan dengan cepat oleh orang Papua asli.