Pernah merasa gagal dan jatuh karena fisik yang tak terlalu sempurna? Atau pernah putus asa pada hidup yang tak lagi istimewa? Maka saksikanlah mereka yang melawan rasa gagal, sakit, dan putus asa itu.
Terik mentari mulai turun perlahan pertanda masuk sore hari. Sinarnya hampir mengisi separuh ruang lapangan hijau Manahan, Solo. Sementara itu, saya melihat tujuh atlet sedang jeda sejenak dari latihan kerasnya.

Tak butuh waktu lama untuk jeda dari latihan, mereka pun kembali memasuki lapangan hijau pertandingan. Suara keras membakar semangat diteriakkan oleh salah satu dari mereka, Agus Fitriadi (33 tahun). Sembari melayangkan bola ke udara, Agus mengayunkan raket sekuat tenaga. Bola jatuh keras, namun sempat dibalas lawan. Begitu terus. Di atas kursi roda, mereka saling mengejar lari bola yang kencang.
Agus dan Putaran Miring
Beruntungnya saya, bukan acara pertandingan saja yang saya lihat. Namun proses berlatih lah yang membawa saya bertemu dengan sosok inspirasi, Agus Fitriadi. Ia adalah atlet Asian Para Games dari cabang olahraga tenis kursi roda yang sangat lincah. Kemana pun bola berlari, Agus selalu mengejar dengan cepat. Servis dan pukulannya selalu menukik tajam ke sarang lawan.
Saya menyebutnya dengan gaya putaran miring. Bahkan sebelum ia sampai pada posisi jatuhnya bola, ia sudah melayangkan raket dengan posisi miring. Pukulannya kuat dan sulit dibalas lawan.

Pernah kehilangan kaki kanannya tak jadikan Agus berbeda dengan yang lain. Bahkan dengan keterbatasan itu, ia telah mengantongi banyak prestasi. Meski berlari di atas kursi roda sangat sulit dan tak peduli seberapa sering bola melucut dari pukulan, semangat Agus dan keenam atlet lainnya tetap menyala untuk bisa membawa pulang kemenangan.
Melihat latihannya saja sudah cukup sengit. Pukulan mereka keras. Mereka adalah para inspirasi yang saban hari giat berlatih untuk menghasilkan servis dan pukulan yang sulit dijangkau lawan.
Ndaru, Berbagi Motivasi dan Inspirasi dari Menulis
Tak hanya Agus yang menyuntik semangat saya. Hadir di tengah-tengah lapangan hijau tempat berlatih, sosok atlet wanita paling muda, yakni Ndaru Patma Putri datang menyapa saya ramah.
Lahir dan besar di Bantul menjadikan saya dan Ndaru banyak mengobrol dan bernostalgia pada tempat-tempat asik di Yogyakarta. Menariknya, selain aktif menjadi atlet nasional, Ndaru kerap berbagi ruang motivasi dan inspirasi dari kanal media daring. Dua di antaranya adalah Kerjabilitas dan Hipwee. Salah satu tulisan yang cukup menyentil dan menarik dibaca adalah tentang Manusia Normal.

Kerja kerasnya sebagai atlet telah banyak membuahkan hasil. Bahkan Ndaru tak lagi sendiri dalam berlatih. Pascapemberitaan tentang prestasi para atlet difabel, menurutnya kini semakin banyak dan mudah dalam mencari calon atlet penyandang difabel di kawasan Yogyakarta.


Setiyo Budi Hartanto, Atlet Pelompat Jauh
Saya berpindah tempat. Belum habis kekaguman menyaksikan para atlet tenis kursi roda berlatih, saya harus bertepuk tangan memuji para atlet lompat jauh yang sedang berlatih di Stadion Sriwedari, Surakarta. Salah satunya Setiyo Budi Hartanto (33 tahun).



Lapangan hijau tempat berlatih masih dibasahi air hujan semalam. Langit yang berawan juga tak kunjung diurai sinaran mentari. Tapi sedari pukul enam pagi, lapangan ini telah diisi para atlet yang akan berlaga di Asian Para Games pada Oktober mendatang.
I don’t stop when im tired and lost the arm. I stop when im die. Adalah motivasi Setiyo dalam hidupnya. Karir pertamanya menjadi seorang atlet dimulai sejak 2004. Tidak hanya lompat jauh saja. Setiyo banyak mengantongi prestasi di cabang olahraga lari nasional maupun internasional.

Baca halaman berikutnya
Aku penasaran sama olahraga boccia, baru aku dengar ini.
mainkaan mas