Barangkali nama Kabupaten Klaten tak terlalu kondang sebagai destinasi pariwisata nasional lainnya. Dikenal juga sebagai kantong lahirnya pengusaha kuliner hik (Hidangan Istimewa Klaten)/ angkringan, kabupaten kecil yang diapit dua kota budaya; Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini seringkali hanya menjadi destinasi yang hanya dilewati begitu saja. Padahal jika ditengok lebih jeli lagi, Kabupaten Klaten menyimpan potensi wisata yang cukup beragam dan tak biasa.
Bagi Anda yang ingin membuka kegiatan berwisata di Klaten, Anda dapat memulainya sejak matahari tebit.
Menyaksikan matahari terbit di Candi Plaosan
Romantis, adalah satu kata yang dapat mewakilkan ekspresi ketakjuban manakala menyaksikan dua candi kembar berlatar sinaran baskara pagi. Betapa tidak, candi yang berada di antara persawahan ini menjadi persembahan cinta dua insan yang berbeda agama. Dikisahkan Pramudyawardani, anak dari Raja Samaratungga Wangsa Syailendra yang kecantikannya memikat hati Rakai Pikatan, Raja dari Wangsa Sanjaya. Meski telah mengetahui berbeda keyakinan, sementara Sang Putri menganut agama Budha, Sang Raja menganut agama Hindu, keduanya tak urung mengabadikan jalinan kasih ke jenjang pernikahan.
Tak cukup hanya di pelaminan, keduanya membangun candi sebagai bentuk representasi cinta dan keharmonisan dua agama. Dibangunlah Candi Plaosan yang kecantikannya kerap diburu wisatawan sebelum fajar menyingsing.
Semburat jingga yang menyebul di tengah bangunan candi kembar selalu tampak cantik diamati dari luar pagarnya. Disertai sapuan warna biru langit yang menaungi arsitektur dua kubah candi berwajah sama, Candi Plaosan menyampaikan pesan yang teramat romantis di pagi hari. Meskipun candi perwara banyak yang telah runtuh terkoyak bencana, dua candi utama yang terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan ini masih berdiri menyisakan kemegahan dan kecantikannya secara cuma-cuma.
Menyaksikan kemeriahan Klaten Lurik Carnival
Sebagai kabupaten yang turut menyinari peradaban Jawa dan Nusantara pada zamannya, Kabupaten Klaten memiliki warisan budaya adiluhung yang tak kalah menariknya dengan kota tetangga. Sebutlah Klaten Lurik Carnival, festival akbar yang diselenggarakan dalam rangka menyambut dan memeriahkan umur kota yang semakin dewasa. Di festival ini, wisatawan akan melihat beragam desain dan warna-warni lurik dari masa dulu hingga sekarang.
Dengan diikuti sejumlah profesi dan kelas sosial, Klaten Lurik Carnival mempertontonkan bahwa lurik telah mewarnai jalan panjang kemerdekaan dan kesejahteraan masyarakat Klaten, khususnya di Kecamatan Pedan. Karena jika menengok kembali sejarahnya, tenun lurik Pedan pernah berjaya di tahun 1950an dimana terdapat 500 lebih pengusaha dengan 60.000 tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya dari membuat lurik.
Jika Anda ingin menyaksikan kemeriahan Klaten Lurik Carnival, datanglah di bulan Juli bertepatan saat hari jadi/ hari ulang tahun Kabupaten Klaten. Festival ini biasa diselenggarakan di sepanjang Jalan Pemuda, Kota Klaten.
Upacara Melasti di Umbul Geneng
Melasti merupakan salah satu rangkaian acara ibadah umat Hindu dalam menyambut Hari Raya Nyepi sebelum pelaksanaan Tawur Agung di Candi Prambanan. Khususnya di Kabupaten Klaten, upacara Melasti ini dilaksanakan dengan cara mengarak puluhan gunungan sesaji/ jempana maupun perlengkapan rohani dari Pura Tirta Buwana menuju Umbul Geneng yang berada di Kecamatan Kebonarum. Umbul ini dipilih karena telah menjadi sumber mata air yang dipercaya sebagai tempat untuk mensucikan diri.
Memandangi Merapi dari Kalitalang
Meski kadang terlihat menakutkan karena aktivitas vulkaniknya, Merapi telah menjadi daya tarik yang membuat banyak orang datang penasaran. Berada di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, ekowisata Kalitalang termasuk destinasi wisata baru yang belum cukup ramai.
Berwisata ke Kalitalang seolah membuat wisatawan berdiri sangat dekat dengan Gunung Merapi. Hasil muntahannya meninggalkan jejak yang sangat jelas jika disaksikan dari sini.
Baca juga: Ekowisata Kalitalang dan Ingatan Masa Kecil
Memasuki gapura selamat datang, wisatawan akan disambut pada udara segar khas pegunungan. Tak hanya itu, suara burung Kutilang (Pycnonotus aurigaster) yang bertengger di pepohonan beradu merdu menarik hati para pasangannya. Sebaiknya, datanglah ke sini sebelum pukul 09.00 WIB supaya dapat mengabadikan kemolekan Gunung Merapi tanpa ditutup kabut.
Mencari ketenangan dan kedamaian di Gir Pasang
Kampung ini menjadi terkenal saat pemberitaan media yang mengabarkan bahwa terdapat kampung yang terisolir dan kesulitan air di Klaten. Faktanya memang demikian. Anak-anak usia sekolah harus menempuh perjalanan selama 45 menit untuk bisa sampai ke sekolahnya. Para warga pun masih mengandalkan air tadah hujan untuk kebutuhan sehari-hari.
Terdapat beberapa versi yang menerjemahkan asal-usul nama Kampung Gir Pasang. Pertama, diambil dari kata Gligir Pasang. Gligir yang berarti pinggiran atau pinggir jurang, dan Pasang yang berarti sepasang. Versi lain menyebutkan bahwa Gir Pasang diambil dari kata Gligir yang artinya jurang dan Pasang yang berarti pohon Pasang (Quercus sundaica) yang merupakan tumbuhan asli Gunung Merapi.
Sejauh mata memandang, hanya rimbun pepohonan yang terlihat jelas di sekeliling. Suara tongeret –serangga pohon– menyertai perjalanan saya menembus hutan Gir Pasang. Belum lagi suara burung dan perkelahian kera yang berebut makan.
Keunikan lain yang dimiliki Gir Pasang adalah arsitektur rumahnya. Tak ada bangunan modern dan bertingkat di sini. Dari 12 Kepala Keluarga yang menempati 9 rumah, beberapa rumah masih beralas tanah dan berdinding anyaman bambu. Sangat sederhana. Namun memberi kenyamanan saat bersantai di pelatarannya.
Baca juga : Mencari Ketenangan di Gir Pasang
Baca halaman berikutnya
Seumur-umur urung tahu ning Rowo Jombor. Apik ndi karo Rawa Pening? Iki jadi PR e bosque kudu anter diriku nih… 😀
menurutku apik Rowo Jombor. Hahaha. lebih syahdu
Kalau menghadiri acara seperti upacara Melasti butuh waktu khusus, sementara tidak semua orang suka mengunjungi Los Tembakau, berwisata ke Sojiwan, Ponggok, dan Plaosan ini yang paling logis dan bisa dikunjungi setiap hari.
Yoi broh. Monggo disesuaikan pilih mana. haha
salah satu yang pengin didatangi selain candinya ya itu bangunan gudang tembakau yang sangat ikonik banget
harus ke sini bung
Keren! Kakak idola!
kerenan kamu dah
Kerajinan Batik nya yang sangat menarik. Soalnya di tempatku tidak ada
Mari min, main ke Klaten