No Result
View All Result
insanwisata
  • Tentang kami
  • Konsultan
  • Catatan perjalanan
    Praktisi pariwisata dan desa wisata

    Menjadi Pengajar

    Sunrise Candi Plaosan

    #KelanaKai: Sunrise Candi Plaosan yang Kesiangan

    Desa Muncar Moncer

    Sofiyudin Achmad, Sosok di Balik Desa Muncar yang Kian Moncer

    Monumen Plataran

    Mengenang Pertempuran Plataran

    Desa Tanjung Binga

    Tercurah Asa Teruntuk Tanjung Binga

    Sunset Candi Barong Yogyakarta

    Kembali ke Candi Barong

  • Foto & Cerita
  • Portofolio
  • Kontak
  • Tentang kami
  • Konsultan
  • Catatan perjalanan
    Praktisi pariwisata dan desa wisata

    Menjadi Pengajar

    Sunrise Candi Plaosan

    #KelanaKai: Sunrise Candi Plaosan yang Kesiangan

    Desa Muncar Moncer

    Sofiyudin Achmad, Sosok di Balik Desa Muncar yang Kian Moncer

    Monumen Plataran

    Mengenang Pertempuran Plataran

    Desa Tanjung Binga

    Tercurah Asa Teruntuk Tanjung Binga

    Sunset Candi Barong Yogyakarta

    Kembali ke Candi Barong

  • Foto & Cerita
  • Portofolio
  • Kontak
No Result
View All Result
insanwisata

Menjaga Vorstenlanden Setiap Malam

by Hannif Andy Al - Anshori
September 22, 2017
6 min read
42

Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten, tak disesaki bangunan tinggi berbeton dan berpagar besi. Bangunan yang paling mencolok bagi pelintas jalan raya sepanjang Deles Indah hanyalah gubuk besar yang memanjang. Bangunan yang selalu mengisi lahan-lahan kosong tanpa mengenal musim ini juga tergolong sebagai situs budaya di Kabupaten Klaten.

Bangunan yang mendadak menjadi rambu jalan raya dan pengingat kala sanak saudara hendak tersesat. “Sampai ketemu los di kiri jalan, belok kanan”, tulis saya tiap kali menjelaskan rute pada rekan yang hendak menyambung silaturahmi.

Gubuk yang bertiang ratusan bambu dengan atap rapak (daun tebu kering) ini lebih dikenal dengan sebutan Los Tembakau. Bangunan yang memantik para kawula muda untuk berfoto di depan pintunya. Tanpa narasi yang pas, tempat ini kemudian kondang sebagai spot foto instagramable. Mendadak lokasi los tembakau diburu para warganet.

Menilik proses pengeringan tembakau cerutu Vorstenlanden
Suasana Los Tembakau di Kecamatan Kebonarum pada sore hari

Fajar mulai menyingsing kala itu. Hangatnya pancaran sinar mentari mengiringi aktivitas pagi para petani yang mengurus ladang. Udara segar dan suara gemericik riak anak sungai bagaikan terapi yang menyuntik semangat pagi. Jam belum genap menunjukkan pukul enam pagi. Namun sudah terlihat dua orang dewasa ditemani dua bocah yang membuka daun pintu sebelah utara dan selatan.

Saban Minggu pagi, bapak dengan sembilan anak ini mengajak kedua putrinya untuk bermain di los tempatnya bekerja. Mendapat posisi sebagai pedak (perawat los), Manto Rejo (51 tahun) atau yang lebih akrab disapa Bagong tak boleh absen di akhir pekan.

Gelap dan pengap. Itulah penilaian visual saya terhadap gubuk raksasa sebelum dibuka jendela-jendela kamarnya. Aroma harum begitu kuat tercium hingga menusuk hidung. Mendapati kedatangan saya dari pintu selatan, Bagong dan istrinya langsung menyambut ramah. Tak perlu banyak cakap untuk memantik Bagong memulai cerita.

Klaten termasuk daerah penanaman dan pengolahan tembakau cerutu yang dikenal dengan nama Vorstenlanden. Tembakau berkualitas tinggi yang ditanam di banyak kecamatan ini sudah populer sejak jaman tanam paksa era Van Den Bosch, tepatnya pada 1858, di mana lokasi tanam pertama adalah Desa Jetis (wilayah Klaten Tengah saat itu berada dalam kekuasaan Kasunanan Surakarta). Anehnya, Klaten tak menggelari dirinya sebagai Negeri Tembakau seperti Temanggung, maupun Kota Tembakau seperti Jember.

Vorstenlanden merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut daerah-daerah yang berada di bawah otoritas empat monarki (kerajaan dan kadipaten) asli Jawa pecahan Dinasti Mataram Islam, di antaranya Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, serta Kadipaten Pakualaman. Sedangkan dalam bahasa Belanda, Vorstenlanden berarti “tanah milik raja”.

Tembakau Vorstenlanden Klaten
Pemandangan Los Tembakau yang sudah rusak di kawasan Kebonarum.

Dalam perdagangan internasional, Indonesia masih menjadi penyuplai komoditas tembakau cerutu peringkat atas yang tak lagi diragukan. Keberadaan los juga tidak mungkin dilepaskan dari awal mula tumbuhnya perusahaan pada masa kolonial. Begitu pula Klaten yang menyandang slogan sebagai Kota Bersinar.

Jika merujuk pada angka yang diolah Badan Pusat Statistik, tembakau Vorstenlanden tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Klaten, di mana Kecamatan Kebonarum menjadi pemasok terbesar Vorstenlanden. Umunya, terdapat dua jenis tembakau Vorstenlanden yang ditanam. Pertama, Vorstenlanden Na-Oogst (NO). Jenis tembakau ini ditanam pada saat musim kering dan dipanen pada saat musim hujan dengan lokasi penanamannya tanpa rumah naungan.

Tembakau Vorstenlanden Klaten
Proses pembangunan Los Tembakau di Kecamatan Kebonarum

Sementara jenis kedua, yaitu Vorstenlanden Bawah Naungan (VBN). Jenis tembakau ini ditanam dan dipanen pada saat musim kering. Penanaman tembakau ini merupakan hasil rekayasa tradisional Vorstenlanden di mana terjadi penambahan rumah naungan dan spraying sebagai pengganti hujan.

Bagong melanjutkan aktivitas. Sinaran matahari yang sudah naik agak tinggi menembus jendela kamar los tembakau yang terbuka. Gubuk yang memiliki dua pintu ini memiliki puluhan kamar tanpa dinding di dalamnya. Seluas mata memandang, setiap kamar los disesaki dedaunan tembakau hijau dan kuning yang menggantung. Sebagai pedak los tembakau KM 10, Bagong adalah buruh kontrak yang serba bisa. Pekerjaan yang ditekuni lebih dari puluhan tahun membuatnya terbiasa dalam berbagai urusan.

Tembakau Vorstenlanden Klaten
Bagong merapikan dolok tembakau Vorstenlanden yang berantakan

Tak berselang lama dari obrolan panjang, suara gemuruh truk pengangkut tembakau datang. Dua petugas pengiriman barang, Supriyanto dan Harsono turun dari kemudinya. Dengan menggunakan pranggarangan/ rak (umumnya berisi 100 dolok), Supriyanto memboyong tembakau siap olah untuk dibawa menuju gudang milik PTPN X yang berada di Kecamatan Wedi.

Tembakau Vorstenlanden Klaten
Tembakau Vorstenlanden Klaten
Mulai dari jabatan mandor hingga pedak, pekerjaan menjadi petani tembakau kontrak dapat memenuhi hidup orang banyak. Supriyanto dan Bagong mengangkut pranggarangan ke dalam truk. Di Klaten, setidaknya ada tiga pabrik tembakau yang beroperasi: Kecamatan Wedi, Kecamatan Kebonarum, dan Gayamprit.

Lain cerita di malam hari. Tembakau Vorstenlanden akan mendapat perlakukan khusus mulai pukul 20.00 hingga 23.00 WIB. Malam yang gelap disertai suara serangga hutan beradu merdu dengan lagu campursari yang diputar petugas keamanan. Di atas pukul delapan malam, tak akan ada lagi pelintas jalan raya selain orang-orang yang bekerja dan membuat aman perkampungan.

Bagian yang paling menyita perhatian adalah ngomprong atau menyalakan tungku api. Tepat pada hari ke 6 hingga 25, Vorstenlanden akan memasuki masa pengeringan lamina (penguningan) di mana puluhan omprong api akan dinyalakan. Terdapat tiga macam omprong yang fungsi penggunaannya dibedakan; omprong keluk, omprong api kecil, dan omprong api besar. Ketiganya digunakan untuk penguningan dan pencoklatan (pengeringan gagang) dengan sempurna.

Tembakau Vorstenlanden Klaten
Los Tembakau di Dusun Biyengan, Kecamatan Kebonarum pada pukul 22.00 WIB

Saat omprong mulai dinyalakan, semua makhluk hidup di sana layaknya telah sepakat untuk diam sejenak. Kini, giliran percik api yang bernyanyi. Sementara asap dari api omprong yang terus meninggi membuat Vorstenlanden menari melenggak-lenggokkan batang daunnya.

Aroma daun tembakau yang harum bercampur asap api menjadi bau yang khas selama putaran jarum jam tengah malam. Daun yang mulanya bertekstur lembut mendadak menjadi keriput dan kasar. Pertanda ia tengah memasuki masa untuk semakin menguning kecoklatan.

Baca juga : Bertemu di Klaten

Menjaga Vorstenlanden setiap malam bukanlah perkara yang mudah. Saat ditanya, Bagong mengaku ada beberapa masalah yang kerap membuat kesal. Seperti daun hijau mati, daun berjatuhan, serangan ulat, daun kropos/ rapuh, gagang rusak, dan lainnya.

Menjaga Vorstenlanden setiap malam. Dalam kamar-kamar sebuah los tembakau yang dibangun menggunakan sumber daya lokal. Dan meninggalkannya membuat saya harus memuji diri mengakui potensi tanah sendiri. Bangunan yang jika diamati amat ringkih, namun kokoh menopang ekonomi masyarakat lokal yang bersandar di dalamnya.

Tembakau Vorstenlanden Klaten
Suasana malam los tembakau KM 10 Dukuh Biyengan, Kecamatan Kebonarum. Foto diambil pada pukul 22.00 WIB.

Previous Post

Yogyakarta-Medan Bersama Citilink

Next Post

Maestro Wayang Sada: Rubrik NG Traveler Sentra Budaya

Hannif Andy Al - Anshori

Hannif Andy Al - Anshori

Suka bertualang untuk menikmati peninggalan sejarah, budaya, dan berinteraksi dengan masyarakat lokal. Sangat senang jika bisa berbagi cerita dan informasi kepada orang lain.

Related Posts

Praktisi pariwisata dan desa wisata
Catatan perjalanan

Menjadi Pengajar

Juni 19, 2023
Sunrise Candi Plaosan
Catatan perjalanan

#KelanaKai: Sunrise Candi Plaosan yang Kesiangan

Maret 5, 2023
Desa Muncar Moncer
Catatan perjalanan

Sofiyudin Achmad, Sosok di Balik Desa Muncar yang Kian Moncer

Desember 31, 2021
Monumen Plataran
Catatan perjalanan

Mengenang Pertempuran Plataran

Januari 8, 2020
Next Post
Wayang Sada

Maestro Wayang Sada: Rubrik NG Traveler Sentra Budaya

Comments 42

  1. Gallant Tsany Abdillah says:
    8 tahun ago

    daun tembakaunya dipanasi secara buatan ya? nggak dijemur di bawah matahari.
    dedikasi bapaknya luar biasa!

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      Beda Om sama model Temanggung. Proses pascapanen vorstenlanden beda perlakuan. Ini belum seberapa. Masih harus dibawa ke pabrik lagi

      Balas
  2. Gara says:
    8 tahun ago

    Gambar dan kisahnya sangat membekas dalam hati. Memukau, sepertinya itu kata yang tepat untuk cerita dan gambar yang juga bercerita banyak. Ini yang ada di dekat rumahmu ya, Mas?
    Betapa tembakau punya perjalanan panjang sebelum sampai ke tangan-tangan penikmatnya. Kalau tak ada kerja keras Pak Bagong, Pak Pri dan Pak Har, mungkin tak bisalah nama vorstenlanden itu bisa bertahan ketersohorannya. Tapi teknis sedikit, bisakah dibilang los tembakau ini usaha terpisah dari perkebunannya? Jadi tembakau segar dari para petani dibawa kemari dulu sebelum dikirim gudang?

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      Terimakasih Mas Gara atas kunjungannya.
      Saya perlu banyak menggali cerita sebenarnya. Tulisan ini belum sepenuhnya matang kalau dijadikan kajian. Namun kalau dijadikan artikel informasi memang sudah cukup lah.
      Kalau secara birokrasi, los tembakau ini milik PTPN mas. Masing2 kebun sudah ditentukan akan dibawa menuju Los dan pabrik mana. Di Klaten sendiri, ada 3 pabrik olah tembakau: di Kecamatan Wedi, Kebonarum, dan Gayamprit.
      Tembakau jenis ini punya perlakuan beda dengan tembakau di Temanggung. Kalau di Klaten, dibawa ke los dulu. Pascapanennya cukup panjang dan penuh tantangan.

      Balas
      • Gara says:
        8 tahun ago

        Mudah-mudahan sewaktu Mas Hanif mau jelajah ke sana lagi, saya bisa ikutan, hehe…

        Balas
        • insanwisata says:
          8 tahun ago

          yuk Mas. jangan sampai tahun depan pas musim panen habis. hehe. Kalau kawasan Kebonarum sudah panen. Yang belum tuh di Wedi. Masih musim tanam

          Balas
  3. Yudi says:
    8 tahun ago

    Aku penasaran, gimana sih rasanya ngisap tembakau yang memang kualitas terbaik di dunia ini? Akankah sama.seperti tembakau aceh? #eh

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      aku baru mengendus kopi aceh. haha. belum tembakaunya. coba dong bawain :p

      Bisa mabok kalau terlalu lama menghisap 😀

      Balas
      • Yudi says:
        8 tahun ago

        wkkkk gw bangga klo ada yang minta dibawain.. jadi bersyukur kalau dulu pernah ngerasain tembakau nikmat ini wkk

        Balas
        • insanwisata says:
          8 tahun ago

          wkwkw.. udah kaya pengalaman ya soal tembakau Aceh

          Balas
          • Yudi says:
            8 tahun ago

            Udaaah jangan dipancing

  4. Irham says:
    8 tahun ago

    Waaah kereeen! seharusnya yang kaya gini diperbanyak di Indonesia, termasuk di semua sektor biar semua produk gak usah impor dan bisa berdiri dengan sendiri bangsa ini.

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      di Indonesia sudah cukup banyak mas. Cuma kualitas harus kita jaga supaya mampu bersaing dan punya nilai jual yg tinggi.

      Balas
  5. Satya Winnie says:
    8 tahun ago

    Seperti biasa tulisan dan foto-fotomu selalu apik Hanif. Suka sekali! Aku pernah ke kebun tembakau di Lombok dan aku suka baunya. Jadi penasaran juga pergi ke Klaten dan lihat proses pengeringan tembakau nya. Pun tempatnya memang instagramable ya! xD

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      Wah.. terimakasih Mba Satya. Mba juga punya tulisan yg asik dgn foto yg bikin kece abis.
      yg di Lombok pas acara Negeri Tembakau itu ya? yg sama Mas Syukron bukan?
      Ayo mba, ke Klaten. Promosiin klaten juga dong. hehe

      Balas
  6. aqied says:
    8 tahun ago

    aku baru tau kalau Kebonarum penghasil tembakau besar.
    tapi untuk tembakau ini apak ditanam terus sepanjang tahun kah? setau aku kalau di kebayanyak daerah (yang bukan penghasil tembakau) lahan tembakau gantian dengan tanaman lain saat musim penghujan

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      Ga Mba. Ga sepanjang tahun. Giliran. Tapi kasian juga tanahnya ga ada peremajaan karena dituntut produksi terus.
      Kebonarum gitu lhoh! Kan keren

      Balas
  7. insanwisata says:
    8 tahun ago

    Ya iyalah. Klaten gitu lhoh. Hits. wkwkw
    Pada ngira itu rumah ternak sih. Coba tanya orang Jerman, pada tau cerutu ga? pasti melekat kuat dengan Klaten

    Balas
  8. Darius Alexander Go Reinnamah-Peranginangin says:
    8 tahun ago

    Membaca kata “Vorstenlanden” langsung teringat sama bukunya Pramoedya 🙂

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      saya malah belum sempet baca nih

      Balas
  9. Charis Fuadi says:
    8 tahun ago

    ini daun yang di olah jadi srutu kah??

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      yes kak. cerutu

      Balas
  10. rini says:
    8 tahun ago

    Sering diceritain bapak dulu kalau Klaten sama Temanggung itu pada bertanam tembakau. Ternyata pengolahannya beda, ya. Di Temanggung waktu itu liat dijemur gitu diluaran. Tapi ngga ngeh sih itu prosesnya gimana soalnya memang hanya lewat. Di Klaten kalau lewat malah ngga kelihatan ya prosesnya soalnya di dalam.
    Jadi ngerti tentang isi dalam spot foto instagramable Klaten ini. Terima kasih mas Hanif 😀

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      Kalau Temanggung itu tembakau srintil. Beda pascapanen dengan tembakau Vorstenlanden. Kalau mempelajari tata cara tanam dan olah tembakau memang unik sih. Semua punya perlakuan yg beda. kalau yg Klaten, ini rata2 dikirim ke Eropa sbg cerutu

      Balas
      • rini says:
        8 tahun ago

        Kalau yang di Temanggung buat pabrik rokok begitukah? Thanks infonya 😀

        Balas
        • insanwisata says:
          8 tahun ago

          buat rokok lebih tepatnya. Tembakau srintil namanya

          Balas
  11. Nasirullah Sitam says:
    8 tahun ago

    Ini baru satu tahapan ya, belum lanjut ke pabrik dan disortir. Kok tempat ini jarang terdengar, tidak seperti temanggung atau daerah lain yang menghasilkan tembakau melimpah. Apa karena aku sendiri yang belum membaca sepenuhnya tentang tembakau 😀

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      Sebenernya kalau mau lengkap, yang mulai dari garap lahan, ada dua jenis NO dan VBN. Kemudian petik, satu batang yg dari bawah sampai atas punya nama sendiri. Dipetik dipisah dan dikirim ke Los terpisah. Kemudian digantung utk masuk ke masa penguningan di los. Setelah itu dibawa ke pabrik sampai tahap fermentasi. Arrggh ribet deh pokoknya.
      Klaten jos je. Akan aku kabarkan lewat insanwisata 😀

      Balas
  12. Dwi Susanti says:
    8 tahun ago

    Alhamdulillah mas humas mulai konsen dengan Klaten, aku ikut bahagia jika ini persiapan untuk Klaten 1 haha. Aku mendukungmu untuk menulis segala hal tentang Klaten yang nyatanya belum banyak diketahui oleh orang-orang. Jadi ketika ada atau muncul foto instagramable berlatar Los itu, jadi paham semua gambaran di dalamnya seperti apa 🙂
    Oh ya, total sekali ya berkunjung ke sana sampai jam 22.00 WIB? huhu paginya juga syahdu.

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      Demi menarik massa agar menang. Saya tuliskan potensi Klaten yang luar biasa dan belum banyak diketahui orang. Salam!
      Yo ndene Mba. Ngendus tembakau.
      Wah, kudu totalitas. Bahkan aku ditinggal sendirian menjaga los tembakau saat itu. Pas Mas Bagong pergi nyari abu.

      Balas
  13. Ardian Kusuma says:
    8 tahun ago

    Penasaran dengan rasanya, cerutu langsung dari pabriknya.

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      nyoboo. Suk mrene dewe

      Balas
  14. Deddy Huang says:
    8 tahun ago

    aroma pengasapan tembakau gak bikin mabok mas?

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      Ga mas. aman

      Balas
  15. omnduut says:
    8 tahun ago

    Foto-fotonya hidup banget! AKU MAU BANGET DIAJAK KE SINI.

    *capslock melotot hehehe.

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      Yok mampir Klaten Om!

      Balas
  16. Jalan-Jalan KeNai says:
    8 tahun ago

    Saya pikir selama ini tembakau hanya dikeringkan oleh sinar matahari. Kalau seperti ini ada perbedaan wangi dan kualitas gak dengan yang dikeringkan oleh sinar matahari?

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      beda proses pengeringan, itu beda jenis tembakau. kalau yng dikeringkan sinar matahari, biasanya untuk rokok. kalau ini, untuk cerutu.

      Balas
  17. Elisabeth Murni says:
    8 tahun ago

    Terimakasih Hanif, narasi dan visual yang kuat, membuatku merasa cerdas satu level setelah baca ini. Banyak info baru yang didapat. Aku awalnya agak mengernyitkan dahi saat kau bilang baunya harum, sebab di Temanggung saat musim menjemur tembakau itu aromanya terkadang kecut. Aku lupa, bahwa ternyata mereka beda cara. Ditunggu ulasan menarik lainnya ya.

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      Terimakasih Maknya Bre.
      Aku malah belum pernah mengendus tembakau Temanggung.
      Beda cara pengeringan dan pascapanen ya. Ini baru yang di los lho. Kalau sudah melalui tahap fermentasi. Aromanya lebih kuat lagi. Dari jarak beberapa meter sudah tercium enak. Tapi awas mabok. hehe

      Tunggu ulasanku tentang vorstenlanden pascapanen ya!

      Balas
  18. moreno says:
    5 tahun ago

    Pak Hanif bolehkan kalayak masyarakat umum beli langsung tembakau dari Los Mbakonya langsung?, klo untuk pelayanan pembelian per gram tembakau cerutu bisa menghubungi siapa ya saya mau cari untuk kebutuhan riset Pak?

    Balas
    • Hannif Andy says:
      5 tahun ago

      Untuk itu sepertinya tidak diperbolehkan pak. karena ini milik PTPN. mungkin bisa ditanyakan langsung ke PTPN-nya

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

© 2023 a storyteller

No Result
View All Result
  • Tentang kami
  • Konsultan
  • Catatan perjalanan
  • Foto & Cerita
  • Portofolio
  • Kontak

© 2023 a storyteller