No Result
View All Result
insanwisata
  • Tentang kami
  • Konsultan
  • Catatan perjalanan
    Praktisi pariwisata dan desa wisata

    Menjadi Pengajar

    Sunrise Candi Plaosan

    #KelanaKai: Sunrise Candi Plaosan yang Kesiangan

    Desa Muncar Moncer

    Sofiyudin Achmad, Sosok di Balik Desa Muncar yang Kian Moncer

    Monumen Plataran

    Mengenang Pertempuran Plataran

    Desa Tanjung Binga

    Tercurah Asa Teruntuk Tanjung Binga

    Sunset Candi Barong Yogyakarta

    Kembali ke Candi Barong

  • Foto & Cerita
  • Portofolio
  • Kontak
  • Tentang kami
  • Konsultan
  • Catatan perjalanan
    Praktisi pariwisata dan desa wisata

    Menjadi Pengajar

    Sunrise Candi Plaosan

    #KelanaKai: Sunrise Candi Plaosan yang Kesiangan

    Desa Muncar Moncer

    Sofiyudin Achmad, Sosok di Balik Desa Muncar yang Kian Moncer

    Monumen Plataran

    Mengenang Pertempuran Plataran

    Desa Tanjung Binga

    Tercurah Asa Teruntuk Tanjung Binga

    Sunset Candi Barong Yogyakarta

    Kembali ke Candi Barong

  • Foto & Cerita
  • Portofolio
  • Kontak
No Result
View All Result
insanwisata

Raja Ampat, Saatnya Untuk Kembali!

by Hannif Andy Al - Anshori
Januari 25, 2018
4 min read
14

Hujan turun cukup deras siang ini. Jendela ruang kerja basah berembun dibuatnya. Ketika melamun, terlintas perjalanan panjang menuju Papua.

Baca juga: Road Trip Sorong-Tambrauw, Papua. Tujuh Hari yang Menantang

Dua bulan tinggal di Raja Ampat, ternyata menyisakan kenangan manis yang sulit terlupa. Tentang keramahan masyarakatnya, tentang lezatnya masakan para Mama, serta kebaikan-kebaikan lainnya yang pernah saya dapat selama 60 hari di sana. Tentu di antara alasan-alasan tersebut, rekreasi adalah puncak rencana saya untuk kembali menyambangi Raja Ampat.

 

(Saya berfoto bersama anak-anak di Waisai usai bermain bola kaki)

 

Saya berusaha mengais kembali ingatan empat tahun lalu. Januari 2014, adalah pertama kalinya saya melintas jarak terjauh dari Pulau Jawa. Berbekal informasi yang hanya diwartakan melalui media online, saya berangkat ditemani seorang kawan yang nihil pengalaman ke Papua.

Di Kota Waisai, saya menumpang di rumah seorang pendidik yang jauh-jauh datang dari Pulau Jawa. Atas kebaikan-kebaikannya, saya mendapat pinjaman motor untuk menyisiri pantai-pantai di Kota Waisai. Dimulai dari pantai kebanggaan masyarakat Waisai, yakni Waisai Torang Cinta, Pantai Saleo, Pantai Waiwo, dan beberapa kampung wisata yang kaya kearifan lokal.

Untuk kedua kalinya pada Juli 2014, saya kembali ke Raja Ampat. Dengan durasi meninggalkan kampung halamanl selama genap 50 hari lamanya, kapal penumpang Fajar Indah membawa saya berlayar menuju pulau paling selatan Raja Ampat, yakni Misool Selatan.

Bagi saya, Misool adalah destinasi tercantik yang pernah saya datangi. Misool telah membuat saya terpikat dari segala sisi. Lanskap alam yang indah dipadukan dengan kearifan lokal adalah dua alasan mengapa Misool membuat saya jatuh hati berkali-kali. Namun sayang, saya datang di musim yang tidak bersahabat. Sepanjang Juli hingga akhir Agustus, gelombang laut perairan Raja Ampat selatan sedang tinggi-tingginya. Para nelayan semakin sulit mencari tangkapan ikan. Kapal barang dan penumpang tak lagi datang dan pergi tepat pada waktunya.

2014 adalah awalan yang sulit bagi saya untuk menjangkau Misool. Kapal Sorong – Misool yang hanya ada sekali dalam sepekan, harga bahan bakar minyak untuk kapal motor yang dua kali lipat dari harga di Jawa, dan kesulitan lainnya saya nikmati saat itu.

 

(Suasana di Kampung Yellu, perusahaan mutiara 35, Kampung Fafanlap, dan fajar di Kampung Harapan Jaya)

 

Perkenalan pertama saya pada Misool adalah melalui Kampung Fafanlap. Sebagai pintu masuk wisatawan di Misool Selatan, Fafanlap tengah menyulap diri untuk menjadi kampung ramah nan asri. Dengan kendara kapal motor milik warga, saya telah melihat sepertiga dari kekayaan Raja Ampat bagian Selatan. Puncak Harfat, Gua Keramat, Gua Putri Termenung, Pulau Banos, Batbitim, Sunmalele, Namlol, dan beberapa perusahaan mutiara menjadi destinasi kelana saya mengarungi perairan Raja Ampat selatan.

 

(Paman Abdul Halim Soltief, pemilik penginapan Panun Paradise di antara lanskap alam Raja Ampat yang cantik)

 

Dan seperti biasanya. Awal tahun adalah waktu yang tepat menandai rencana-rencana dan mengenang perjalanan beberapa tahun silam. Seperti kerinduan saya pada Pulau Kei di Maluku Tenggara, juga pada Pulau Misool di Raja Ampat.

Baca juga: Ketika Kei Merayu Untuk Kembali

Bagi banyak orang, untuk dapat berekreasi ke Raja Ampat adalah pelancongan yang membutuhkan dana besar. Apalagi, bagi kalangan dengan penghasilan dan tabungan yang pas-pasan. Memang demikian. Tapi saya pernah mendapatkan harga tiket yang cukup murah. Dengan biaya Rp1.800.000 saja, saya bisa mendapat tiket sekali pergi maskapai berkelas dari Yogyakarta menuju Sorong, Papua. Tak ada salahnya, andai saya mendapat harga dengan selisih yang tak jauh beda, saya akan kembali ke sana.

Tiket promo nan murah adalah dambaan siapa saja. Tapi kapan adanya masih entah. Harus siaga memantau harga di lapak-lapak penyedia akomodasi yang sudah banyak sekali pilihan. Untungnya, saya memiliki akun di Traveloka. Situs booking akomodasi wisata ini selalu meluncurkan fitur-fitur yang berguna. Salah satu yang masih dan akan terus saya manfaatkan adalah Price Alerts.

Dengan memanfaatkan Price Alerts, saya dapat menentukan budget bepergian. Seperti pada resolusi yang tengah saya buat di tahun 2018 untuk kembali menyambangi Raja Ampat. Setidaknya, ada dua keuntungan yang saya dapat. Pertama, saya bisa mendapatkan harga yang pas karena sesuai dengan budget yang saya anggarkan. Kedua, saya bisa menghemat waktu karena secara otomatis, sistem akan mengirimkan pemberitahuan langsung lewat akun Traveloka dan email saya. Menarik, bukan? Untuk info selengkapanya tentang Price Alerts pada aplikasi mobile Traveloka, dapat dicek melalui https://www.traveloka.com/price-alerts.

(Mendapatkan harga one way Yogyakarta-Sorong Rp1.347.000 dan Rp1.468.000 dari budget Rp1.300.000)

 

Saya telah memilih waktu yang tepat dengan menyesuaikan budget sesuai kemampuan. Maka saya telah bersiap menyambut kelana saya untuk ketiga kalinya. Dan ketika langit sedang biru-birunya dengan hijau tosca lautan yang tenang pada musim terbaiknya, saya ingin segera datang untuk perbaiki kualitas rekreasi yang pernah tak terdokumentasi secara apik.

Yuk, ikut saya ke Misool, Raja Ampat!

*****

Lokasi Misool Selatan, Raja Ampat

[googlemap src=”https://www.google.com/maps/embed?pb=!1m18!1m12!1m3!1d15950.54780275372!2d130.07485621971463!3d-1.8947219778973605!2m3!1f0!2f0!3f0!3m2!1i1024!2i768!4f13.1!3m3!1m2!1s0x2d42acbf57127613%3A0xecb252193e0bc469!2sPulau+Misool!5e0!3m2!1sid!2sid!4v1516851871397″]

Previous Post

Ketika Kei Merayu Untuk Kembali

Next Post

Harapan Baru Wisata Wayang Wukirsari

Hannif Andy Al - Anshori

Hannif Andy Al - Anshori

Suka bertualang untuk menikmati peninggalan sejarah, budaya, dan berinteraksi dengan masyarakat lokal. Sangat senang jika bisa berbagi cerita dan informasi kepada orang lain.

Related Posts

Praktisi pariwisata dan desa wisata
Catatan perjalanan

Menjadi Pengajar

Juni 19, 2023
Sunrise Candi Plaosan
Catatan perjalanan

#KelanaKai: Sunrise Candi Plaosan yang Kesiangan

Maret 5, 2023
Desa Muncar Moncer
Catatan perjalanan

Sofiyudin Achmad, Sosok di Balik Desa Muncar yang Kian Moncer

Desember 31, 2021
Monumen Plataran
Catatan perjalanan

Mengenang Pertempuran Plataran

Januari 8, 2020
Next Post
Wisata Wayang Wukirsari Bantul

Harapan Baru Wisata Wayang Wukirsari

Comments 14

  1. Aqied says:
    8 tahun ago

    Kabar baiknya lagi, sekarang kapal Sorong Misool jalan tiap hari ya. Jadi gak perlu khawatir buat nyesuaiin jalan ke Misool dengan tiket pesawat sesuai budget

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      iyo e Mba. Jadi tiap hari dan lebih cepat. Besok kalau mudik aku melu yaaa.wkwkw

      Balas
  2. Gallant Tsany Abdillah says:
    8 tahun ago

    Air lautnya itu loh.. Hmm rasanya bikin pengen nyebur.

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      aku udah ngerasain asinnya laut misool.

      Balas
  3. Nasirullah Sitam says:
    8 tahun ago

    Nif, kayaknya perlu diagendakan kita main ke Papua; lah tike sekali jalan segitu, jadi punya uang lebih dikit buat PP & Akomodasi kayake asyik. Agendakan hahahahha

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      luwih larang plesir nang Jombang karo Lamongan yo

      Balas
  4. Aji Sukma says:
    8 tahun ago

    Destinasi #TripTanpaDeadline selanjutnya??? Okesip! *mulai nabung*

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      gampang. nabung dulu yang banyak

      Balas
  5. aya says:
    8 tahun ago

    wajahmu ndembik nang kunu

    Ehalah sponsor post :p

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      ndembik banget ya. rapopo sing penting gagah.

      Balas
  6. Elisabeth Murni says:
    8 tahun ago

    Adik tingkatku anak Raja Ampat. Dia juga sering “ngojok-ojoki” aku buat melipir kesana, cukup sediain dana buat tiket PP aja katanya. Tapi ku belum tertarik. Ku lebih pengen ke Baliem.

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      wah. Bumi Cendrawasih selalu memikat Mba. Aku bukan hnya ingin ke Raja Ampat. ku pengen jelajahi semua sudut Papua dan Papua Barat

      Balas
  7. Deddy Huang says:
    8 tahun ago

    aku kangen pengen balik ke Raja Ampat 🙁

    Balas
    • insanwisata says:
      8 tahun ago

      cie. udah ke Misool belum?

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

© 2023 a storyteller

No Result
View All Result
  • Tentang kami
  • Konsultan
  • Catatan perjalanan
  • Foto & Cerita
  • Portofolio
  • Kontak

© 2023 a storyteller