Tak mudah untuk bisa sampai ke Misool. Tak cukup juga jika kita hanya mengandalkan informasi yang tersebar di sosial media. Meskipun budget telah mencukupi, jika tak mengenal medan maka bersiap-siaplah terdampar di Raja Ampat.
Misool terletak di selatan ibukota Raja Ampat, Waisai. Dibutuhkan waktu delapan jam dari Sorong dengan menggunakan kapal yang datang seminggu sekali. Pada Jumat pukul 23.00 WIT, hanya terdapat satu kapal besar Fajar Indah yang dapat mengantarkan kita menuju Misool.
Tujuan pertama saya adalah Kampung Fafanlap dan Harapan Jaya yang berada di Misool Selatan. Pemandangan laut berwarna hijau tosca terhampar luas dan memanjakan mata bagi siapa saja yang melihatnya. Diperlukan biaya sewa speedboat Rp15.000.000 untuk memuaskan diri bermanja dengan lautan Misool. Tapi apa daya, bekal yang ada tak cukup untuk menuruti hasrat berwisata di pulau ini. Bukan untuk itu kami di sini, bukan semudah itu pula kami mau mengeluarkan berjuta-juta uang.
Pesan dan telepon yang berkali-kali masuk melalui ponsel membuat saya gelisah. Wakil Bupati Raja Ampat telah menunggu saya di Waisai untuk urusan kampus. Tak ada satu pun kapal yang beroperasi di hari itu. Saya harus sabar menunggu untuk datangnya Fajar Indah di hari Sabtu. Berkat bapak Harun pemilik homestay Harfat Jaya, dalam waktu yang bersamaan saya diperkenalkan dengan calon investor dari Australia yang kabarnya akan menuju Sorong. Negosiasi pun berjalan di antara kita. Secara gratis saya dapat menumpang speedboat yang telah mereka sewa. Konsekuensi yang ditawarkan pun harus saya terima dengan ikhlas. Speedboat yang saya tumpangi akan berkeliling pulau Misool sebelum sampai ke Sorong. Dalam hati, saya pun berteriak, yes !
Ini kali pertama saya berdiri di atas speedboat, sontak saya teriak kegirangan. Teriakan Mr. Rado, si warga negara Australia bahkan lebih heboh lagi. Kecepatan penuh speedboat juga membuat angin semakin tertantang, membentuk garis bejejer di dahi semua crew kapal. Angin yang sama juga membuat Sang Sakala Merah Putih di atap speedboat berkibar tanpa henti. Tak terlihat satu pun kapal yang lalu lalang di lautan Misool selain speedboat yang saya tumpangi. Kemudian, seekor penyu menampilkan tarian selamat datang serentak dengan kedatangan kami. Tak kalah juga beberapa ikan pari yang gesit sembunyi di bawah speedboat kami.
Tak sampai setengah jam, lautan Misool mulai pamer kehebatan. Ratusan batu karang kokoh menjulang di permukaan laut yang dangkal. Bukan hanya karang yang menjulang, namun pulau-pulau kecil berpasir putih juga kami lewati. Tumbuhan hijau menghiasi penampilan pulau dan karang-karang yang tak berpenghuni. Ada keindahan berbeda ketika menundukkan kepala. Air laut yang biru kehijauan tak diragukan lagi kejernihannya. Dengan jelas terlihat penduduk lautan yang simpang siur sepanjang perairan. Sungguh, kesempatan emas yang kebetulan berpihak pada saya yang tak merencanakan melihat Misool lebih dalam.
Tanpa aba-aba, Mr. Rado melompat dan berenang ke tengah lautan. Saya hanya bisa menonton dan menggeleng ciut ketika diajak bermain air bersamanya. Bukan apa-apa, luasnya lautan membuat saya ngeri untuk nekat berenang di sana. Entah itu hiu maupun buaya saya bayangkan pasti ada di sana. Perjalanan berlanjut ke pulau terdekat. Lagi-lagi, saya hanya bisa menyaksikan keasyikan mereka menyelami kecantikan alam bawah laut Misool. Kali ini, bukan karena takut, tapi saya memang belum selincah mereka menyelami lautan. Tawaran snorkeling pun juga saya abaikan.
Setelah puas menyelami keindahan bawah laut Misool. Mr. Rado dan crew kapal pun membawa saya menuju kota Sorong. Terimakasih Mr. Rado, tanpamu aku pasti tak dapat melihat indahnya Misool. Tanpamu mungkin aku tak tepat waktu sampai ke Sorong.
Inilah Misool dengan segala keindahannya. Yang bisa kita lakukan sebagai manusia hanya bersyukur atas jatuhnya surga dunia yang bernasib di Raja Ampat. Maka, sudah sepantasnya kita menjaga dan merawatnya. Bukan untuk dieksploitasi, namun di eksplorasi. Sungguh, kini saya merindukan Misool dan Raja Ampat. Semoga kau terjaga di sana.