Datang ke Bromo memang repot! Selain menyita waktu karena jaraknya yang lumayan, kita harus rela pula melakukan beberapa hal yang menyulitkan. Bangun pagi misalnya. Terbiasakah kita dengan morning call pukul 02.30 dini hari? Jengkel bukan ketika tidurmu diganggu karyawan hotel ataupun pemandu wisatamu? Keluar sepagi mungkin saat banyak orang masih terlelap dalam mimpi indahnya, menggigil melawan dingin, menerjang gelap, dan menahan kantuk!
Namun bagi mereka yang percaya, apapun akan dikorbankan demi menyaksikan kecantikan Gunung Bromo. Mereka setia menanti saat Bromo yang memoles dirinya di pagi hari. Terlebih lagi di akhir pekan, banyak mata yang rela memandang langit sejak pagi buta. Alam memang demikian, gemar bersolek dan pamer pada manusia.
Terhitung sudah tiga kali saya datang ke Bromo. Entah saya datang di waktu yang spesial, ataukah Bromo yang bertahan anggun sepanjang manusia tak membuat kerusakan? Cukup menyesal memang karena saya bangun agak terlambat dibandingkan rombongan lain yang sudah berangkat pukul 02.30 pagi. Sementara jam 3.30 barulah saya berangkat ke Bukit Kingkong, satu dari beberapa spot yang biasa didatangi wisatawan pemburu sunrise. Jeprat jepret sana-sini terdengar pagi itu dari ratusan jenis kamera wisatawan yang memadati Bukit Kingkong. Selalu begini, setiap akhir pekan Bromo sesak wisatawan.
Sempurna! Lekukan jingga seakan merayu saya untuk terus menatapnya lama. Semakin lama, warnanya semakin pudar dan mulailah ia menunjukkan keanggunan puncaknya. Kepulan asap memadu dan memeluk awan di sekitarnya. Di bukit ini pula saya memiliki momen yang amat berkesan, yaitu melaksanakan ibadah sholat shubuh. Di atas tanah lembap diantara keramaian, syahdu dan khusuk saya bermunajah sambil memanjat syukur telah berpijak ke Bromo untuk kesekian kali.
Bromo masih belum selesai bersolek. Beberapa menit kemudian langit mulai terang dan Bromo unjuk kecantikan. Berdirilah di belakangnya Gunung Semeru yang menjaga Bromo tetap menawan dari sisi manapun.
Adakah yang indah selain melihat Bromo dari Bukit Kingkong? Segera saya berpindah lokasi. Beruntung kabut pagi tak mempersulit jarak pandang jeep 4×4 yang saya tumpangi. Dipacu jeep dengan kecepatan tinggi mengajak balapan sekawanan jeep lain. Kemudian, seluas mata memandang, hanya hamparan pasir yang menghiasi. Dinamakan Pasir Berbisik karena saat terhembus angin, ia bersuara seperti berbisik.
Melempar pandangan ke sana sini, ada pula Gunung Batok gagah berdiri. Lekukannya mulai menghijau di musim penghujan. Lalu lalang kuda mempercantik sudut-sudutnya. Belum lagi adanya Pura Luhur Poten milik Suku Tengger di sana. Budaya dan adat di sana merupakan penyeimbang antara alam dan manusia. Masyarakatnya juga ramah bertegur sapa.
Jangan mau ke Bromo lagi. Bromo terlalu cantik untuk kita yang datang hanya untuk menikmati. Setiap pagi ia akan bersolek untuk disaksikan banyak mata manusia. Walaupun terkadang kantuk yang berat, bahkan dingin yang sangat, tak sampai mengurungkan niat banyak orang berjumpa dengannya.
Jangan mau ke Bromo lagi. Kalian akan terganggu tidur malamnya demi melihat sunrise yang hanya beberapa menit saja. Namun pesonanya akan menyihir semua mata lensa.
Jangan mau ke Bromo lagi. Bromo hanyalah sebongkah gunung yang pandai pamer kecantikan. Bukit Kingkong, pasir berbisik, juga Gunung Batok akan turut melengkapinya.
Jangan mau ke Bromo lagi. Kalau tak mau terpojok dalam rindu untuk kembali mengunjungi. Karena pasti, Bromo akan memintamu datang kembali, esok ataupun nanti.
Keragaman alam dan budaya merupakan salah satu Pesona Indonesia. Begitu pula dengan kecantikan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang termasuk di dalamnya. Beberapa kali ke sana, pengalaman yang didapat selalu berbeda. Tempat yang satu ini memang selalu memikat hati. Jadi, maukah ke Bromo lagi?
Perjalanan ini merupakan dokumentasi kegiatan bersama Kementerian Pariwisata (Indonesia Travel). Untuk melihat dokumentasi perjalanan ini, dapat dilihat melalui akun instagram insanwisata dan twitter @insanwisata dengan hastag #PesonaIndonesia maupun #SaptaNusantara. Bagi yang ingin melihat Pesona Bromo dalam acara Morning Show : D’Blusukan Bromo dapat melalui link berikut ini : Video Bromo. Ada saya lho! 🙂
Dari kiri ke kanan : Sefiin (senjamoktika.com), Hannif (insanwisata), Leoni (Kementerian Pariwisata), Yuki (ohelterstelker.com).
Dari kiri ke kanan : Silvia (CNN), Leoni (Kementerian Pariwisata), Hannif (insanwisata), Neng Biker (KapanLagi.com), dan Gie (Jalan Jalan Yuk).
***
Lokasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
saya gak mau ke bromo lagi, tapi mau ke ijen lagi
Yah.. belum pernah ke Ijen nih.. ikutan dong Mas. Kapan mau ke sana?
Iya kak. Pgn banget ke Ijen nih. Resolusi 2016
aku pengen ke bromo lagi pas ada jazz gunung, nif. sama nyesel 3x kesana gak skalian madakaripura. hufft
Hayukk. aku juga mau, belum pernah lihat jazz Gunung nih!
Bromo selalu bikin kangen, kalo boleh di hitung mungkin sudah 7 atau 9 kali ke bromo. Dan 2 kedatangan terakhir, ngak mau liat sunrise … Menikmati dingin nya bromondalam selimut jauh lebih menyenangkan
Iya Om. Baru 3 kali aja udah pengen balik ke sana lagi. Belum pernah naik kuda nih.
Haha. Orang selo banget sampe 9 kali k Bromo
Bromo memang ngangenin 🙂
Betul banget Mba. Tahun depan kesini lagi ah
Iya memang jangan pernah datang ke Bromo kalau tak ingin selalu terlilit rindu terhadapnya …
Salam kenal ya Mas 🙂
Salam kenal pula Mba Evi. yg kmrn ikut trip sleman ya?
Hi Ndri, gw Renda 49. lagi googling prep Bromo eh malah masuk k blog loe.. nice one. informatif. later gw japri lo aja ya kl mau nanya2 lbh lanjut
Thanks 🙂