Bayangan akan puncak selalu mengagumkan bagi saya. Destinasi yang tetap cantik walau tanpa polesan. Tempat yang tersohor keindahannya. Dari puncak, dapat terlihat segalanya. Tapi puncak selalu punya jalan yang menantang. Untuk mencapainya dan untuk menikmati seluruh kecantikannya, diperlukan sedikit pengorbanan.
Kami memutuskan untuk tak tidur sampai pukul 03.00 dini hari. Tapi apa daya, rasa kantuk tetap merayu kami untuk lekas bermimpi di atas busa kasur Villa Ujang, Ujung Genteng. Apalagi hujan deras datang malam itu. Semua teramat syahdu untuk dinikmati lewat tidur lelap yang hanya dalam hitungan jam. Tepat pukul 3.00 dini hari, masih gelap gulita, kami lekas bersih diri dan bersiap menuju Puncak Darma yang terletak di Girimukti, Ciemas, Sukabumi.
Puncak Darma sebenarnya adalah tempat terbaik menikmati sunset di kawasan Geopark Ciletuh. Tapi kami punya cara lain untuk menikmatinya. Puncak Darma memanggil kami di waktu fajar terbit. Usai sembahyang subuh, kami antre menunggu jemputan ojek. Jalan yang rusak dan belum beraspal adalah kesulitan tersendiri untuk mencapai puncaknya. Saat hujan mengguyur jalanan, banyak tanah rusak yang makin rusak. Belum lagi motor yang digunakan untuk mengantar bukan motor khusus yang layak pada medannya. Mari berharap-harap cemas!
Curug Dogdog, dalam bahasa Sunda berarti alat musik yang ditabuh.  Air terjun ini dapat dilihat dari jembatan sungai.
Saya dan Pak Nana (26 tahun) telah melewati lebih dari dua kilometer jalan rusak. Mengendarai motor Honda keluaran 2000-an, ia cukup cekatan membawa kuda besinya. Saya hampir lepas dari pegangan saat berusaha memotret cara Pak Nana membawa motor. Saya pun harus turun ketika roda tak lagi bisa berputar karena terperangkap dalam lubang jalan yang dalam.
Saat itu matahari terbit sudah cukup tinggi. Pak Nana buru-buru menarik lebih cepat gas motornya mengantar saya sampai jembatan sungai. Di sana, sudah berdiri Mas Aldi dan Prof. Setiawan Sabana. Ditunjukkannya pada saya tangan yang telah kotor dan tempat minum yang peok karena jatuh terpeleset. Tiga kali jatuh dari motor lantas membuat Mas Aldi tak lagi berniat sampai puncak. Ia kembali turun menemani Prof. Setiawan Sabana.
Bagi pengagum daerah puncak seperti saya, pantang rasanya menyerah dalam perjalanan. Saya percaya, dalam pencapaian yang sulit dilalui, akan ada hasil yang memuaskan. Dengan sisa tenaga yang ada, saya terus melanjutkan perjalanan bersama Mas Harris Maulana. Setelah hampir 20 menit berjalan, akhirnya saya tiba di Puncak Darma. Jam 06.00 pagi sudah amat terang untuk berburu sunrise. Puncak yang sempit terasa cukup sesak dengan empat tenda yang telah berdiri sejak malam hari. Selamat datang di Puncak Darma. Saya mendapati mereka yang lebih dulu menyesap udara malam hingga pagi. Beruntung sekali. Mereka mendapati cahaya tipis fajar terbit yang tertutup bukit sebelah timur.
Selagi rombongan media sedang asyiknya merekam pesona Puncak Darma, saya berhasil mengabadikan kegiatan mereka. Rasa haru biru hadir ketika sukses memotret mereka dengan latar cahaya oranye fajar yang tipis. Warna langit pula yang mendukung. Saya merayakan keriangan dengan ingin segera mengunggahnya di instagram. Sayangnya, hanya ada satu provider yang sinyalnya bisa masuk ke sini.
Terkadang saya berpikir, ambisi apa yang saya bawa untuk selalu mau bangun pagi dan berjalan malam. Padahal, jika mau, dari belakang Villa Ujang saya bisa melihat matahari terbit yang tak kalah cantiknya. Tapi inilah Puncak Darma dengan segala keindahannya. Gelanggang terbuka ini membentang berbentuk menyerupai amfiteater raksasa yang mirip seperti tapal kuda yang menghadap langsung ke arah Samudera Hindia. Banyak dari para peneliti mengatakan, batuan alam yang terdapat di geopark ini merupakan hasil sedimentasi berbagai fosil, patahan, dan lempengan bumi puluhan juta tahun silam. Jika merujuk beberapa referensi, lebih dari 60 juta tahun silam, Teluk Ciletuh merupakan bagian laut dalam, hasil tumbukan Lempeng Eurasia (Lempeng Benua) yang berkomposisi granit (asam), dan Lempeng Indo-Australia (Lempeng Samudera) yang berkomposisi basal (basa). Melalui proses panjang, Teluk Ciletuh menjadi salah satu dasar laut yang terangkat ke atas permukaan bumi dan menjadi bentang alam. Itulah sekali lagi kenapa, destinasi ini disebut sebagai amfiteater alam raksasa.
Dari ketinggian 230 Mdpl ini, seluas mata memandang saya dapat melihat betapa cantiknya Bukit Teletubbies yang hijau subur, Pantai Palangpang yang pesisir pantainya berbentuk tapal kuda, hingga Pelabuan Ratu yang jauh di mata. Dari atas sini pula, saya dapat menghirup segarnya udara kehidupan serta kebebasan dalam berpetualang menyusuri setiap sudut alam Geopark Ciletuh.
Penamaan Puncak Darma pun sangat unik karena berbau mistik. Menurut legenda yang beredar di masyarakat setempat, kabarnya di bukit ini sering terlihat sosok kuntilanak yang duduk di atas batu dengan kaki bergoyang-goyang. Oleh penduduk sekitar, disebutlah puncak ini sebagai Puncak Darma dan Bukit Kunti. Penggunaan kata Darma merupakan istilah posisi duduk dengan kaki bergoyang. Adakah rasa takut kemudian? Ada. Tapi tidak pada sosok kuntilanak yang ada di Bukit Kunti. Takutlah saya pada kelalaian untuk selalu bersyukur, bahwa saya masih sempat menuliskan catatan perjalanan tentang indahnya negeri ini. Takutlah saya pada ketidaksengajaan, merusak atau bahkan mengotori alam yang indah ini. Takutlah saya pada keputusasaan, untuk terus berikhtiar berbenah diri menjadi insan wisata yang lebih baik.
Bicara tentang Puncak Darma, masyarakat pun ternyata tak sedikit yang terlibat. Biarpun pekerjaan utama masyarakat Girimukti sebagai petani, kini mereka mulai merambah bisnis ke pariwisata. Selain sebagai penyedia jasa ojek, berdiri pula warung-warung kopi yang menyediakan aneka makanan serta minuman hangat. Bisa ditebak jenis makanan apa yang biasa dijual di daerah puncak. Saya mencicipi hangatnya teh tawar, renyahnya gorengan, dan mie rebus di salah satu warung. Saya dan rekan-rekan berbaur, bercerita tentang jalan pulang yang akan lebih menantang. Sebagian ternyata lebih memutuskan untuk berjalan kaki ketimbang menumpaki ojek. Mungkin trauma ketika melihat Mas Aldi yang sudah tiga kali jatuh dari motor. Tapi bagi saya, Puncak Darma punya sesuatu yang lebih menguji nyali. Melewati turunannya adalah adrenalin yang tak akan saya dapat dua kali. Memang, perjalanan turun tak seindah perjalanan saat pendakian. Apalagi, saya khawatir pada ban motor Pak Nana. Jika ia tak lincah dan hati-hati, jalanan turunan akan memakan korban lagi.
Memang tidak melelahkan jika menunggangi motor ojek. Saya mengencangkan pegangan di pinggang Pak Nana. Sempat saya hampir terpeleset karena motor oleng. Bersyukur saya tak jatuh. Saya turun dari motor dengan perasaan yang ringan dan bangga. Puncak Darma telah terjamah dengan banyak pacuan adrenalin dan pemandangan indah. Berbagai keseruan di atas motor dengan waktu tempuh 20 menit terasa begitu cepat hingga mengantarkan saya pada waktu makan siang.
Terlepas dari rusaknya jalan, saya yakin Puncak Darma akan segera cepat berbenah. Puncak Darma kelak akan menjadi destinasi primadona. Karena di sanalah, cantiknya ragam alam Geopark Ciletuh ada. Saat ini, pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengusahakan agar Geopark Ciletuh diakui oleh UNESCO pada tahun 2017. Apa yang kemudian bisa kita lakukan sebagai insan wisata? Dukungan wisatawan yang diharapkan agar Puncak Darma tetap menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan cukuplah sederhana. Menjadi wisatawan yang bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan, ikut serta dalam konservasi alam, peningkatan ekonomi masyarakat lokal dengan membelanjakan uang dari jasa/ produk yang dijual, serta menghormati budaya yang ada di sana. Pula, jika menyusurinya, berkomitmenlah untuk datang kembali dan menyaksikan keindahannya. Tinggalkan saja jejak langkah kaki kita di sana, ambil saja gambar keindahannya lewat tustel kamera kita, dan buanglah waktu yang kita punya untuk menikmati pesonanya.
Puncak Darma juga menjadi istimewa karena memiliki banyak pemandangan di sekililingnya. Pemandangan Pantai Palangpang teramat epik dijadikan latar belakang jepretan kamera. Saya pun percaya, biarpun katanya Puncak Darma adalah tempat menikmati sunset terbaik di kawasan Geopark Ciletuh, pagi hari pun bisa jadi waktu terbaik untuk menyesap kesyahduan panorama fajar terbit. Dan saya berharap nanti, akan datang kesempatan untuk menikmati waktu malam hingga pagi di Puncak Darma di bawah cahaya Bima Sakti.
Tips liburan ke Puncak Darma
- Gunakan kendaraan yang cukup aman dan dalam kondisi prima karena jalan utama menuju Puncak Darma belum cukup baik.
- Terdapat beberapa air terjun di sekitar Puncak Darma, diantaranya adalah Curug Dogdog dan Curug Cimarinjung. Sempatkan juga datang ke sini.
- Jika menggunakan kendaraan roda dua, disarankan untuk berhenti di area parkir. Selanjutnya dapat menggunakan jasa ojek (Rp 30.000,00 per sekali antar). Sementara itu, harga tiket masuk Puncak Darma per Agustus 2016 adalah Rp 5.000,00.
- Belanjakan uang kita untuk membantu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Di Puncak Darma sudah berdiri beberapa warung.
- Jangan membunuh apapun kecuali waktu, jangan meninggalkan apapun kecuali jejak kaki kita, dan jangan mengambil apapun kecuali gambar.
Tulisan ini merupakan dokumentasi catatan perjalanan dalam kegiatan FamTrip Geopark Ciletuh dan Pelabuhanratu bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.
Tulisan lainnya dapat dibaca di sini:
- Menyambangi Amfiteater Alam di Puncak Darm
- Mengabadikan Pesona Lanskap Kawah Putih Ciwidey
- Curug Cimarinjung, Indah Laksana Emperan Nirwana
- Telusur Keragaman Geologi Geopark Ciletuh
Lokasi Puncak Darma
It’s really adorable. Wish I could join your trip. Btw, nice shoot! Who did take the pic? Seems like he is a pro.
do you want to join our trip? you can check insanwisata’s trip package on our page :p
Thank u Om. Aku emang keren kalau masalah poto2. Juara kan?
Liat jalannya kok kayaknya asyik buat sepedaan ya. Bikin downhill kayaknya seru ahahahhahah
Nah iyo mas.. asik kui nek downhill..
Tetep saja kalau ada downhill kamu nggak bakal ikutan. Takutnya nyungsep kakakakakak
aku pengen beli sepeda nih. 1 juta dapat apa ya? udah keren belum buat orang keren kaya aku?
Sepeda 1 juta sekarang nggak ada baik, Nif. Minimal 2 juta hehhheh
asemm. larang banget. wes oleh lensa kui mas. aku pengen sih sepedaan gitu. kayanya keren deh 😀
Ciyeeeeh hanif sama om cumi saling poto dan motoin
Kok tau? Situ iri ya?
Insanwisata ada open trip kesini gak? Biar tinggal gabung aja gak usah mikir harus kesana sama siapa
Coba sama om tom mba..haha
Kalau insanwisata bikin open trip..kayanya banyak yg mau pakai deh
Pak nana nya keberatan deh itu boncengin hanif, plis diet dong… perasaan dikit sama medan yang ga mudah begitu.
Pantai Palangpang nya tenang banget dilihat dari ketinggian yaaa nggak berombak gede, jadi teduh banget dipandang mata berlama lama
Masa aku gemuk sih mba? Perasaan udah ideal gini.. iya mba. Pantainya syahdu..tunggu artikelku selanjutnya ttg palangpang yaaa
Deg2an dan lelah paha sama betis ini menahan goncangan ojek agar tidak jatuh tapi puas begitu melihat pemandangan manja yang tersaji
Asik..bisa punya foto manja y yang penting.. hehehe
wah camping manja di puncak darma seru juga, apalagi perjalanan menuju ke puncak darma naik ojek pasti berkesan sekali
Iya. manja banget kalau camping di sini mas..
yuk ke sini mas. hehe
yuk kemping
Ah yukk. jangan wacana dongs
Duh itu ada foto tidak senonoh aku mau disosor cumiiiii :))))
Haha. Awas mas, traffic blog mu bisa naik lho gegara punya foto senonoh sama blogger hits anak bupati Gresik
Sayang 1000x sayang saya ga bisa gabung saat pendakian… btw sukses ya kalian begitu enjoy uy…. mas hanif moga taun depan kita kumpul lagi … saya masih penasaran dgn puncak darma, anyway……
Haha. penasaran banget ya? wkwkw.
Aamiin. semoga lain waktu kita dapat silaturahmi lagi.
yuk mas . ke sini!
Keren banget tempatnya, jalurnya juga asik gitu. Trus aku jadi pengen kesana nih 🙂 hehe
Haha. jalurnya keren dan menantang. cobain pake ojek yaa. wajib. hehe
Ngakak pas bagian, “mengencangkan pegangan di pinggang Pak Nana”, ternyata…. *laporin ke om Tim #ehh #loh
Seru yah sunrise-an di sana meski perjuangannya kudu ngojek dua kilometer. Dua kilometer jalan gunung itu awsam banget! Tapi daku agak dengki ga diajak ke sana hiks
Wkwk.. om timo g bakal marah kok..dia setia..
Ngojeknya bikin deg deg an.
Wah.. om timo jahat nih g ngajak sohibnya, Mas Halim.. Jangan dengki mas. mari kita piknik ke jogja. hehe. eh aku mau rencana ke Solo lho.
pemandangannya keren banget meski perjalanan ke sananya rada ribet tapi terbayarkan deh rasanya.
Iya mba. alhamdulillahny jg dpt panorama yg ciamik..
Owalah, kalian bareng rombongan famtrip kmrn ya.
iya mas. hehe. ketemu rombongan kami kah?
Seru euy! Ada dua air terjunnya pula. Plus ga terlalu tinggi juga yaa puncaknya. Salam kenal.
iyes. seru banget! yuk deh ke sini.
Makasih. Salam kenal pula
keren sekali perjalanannya dan terbayar dengan panorama yang di dapat di puncak
Salam,
Catur
jelajahsumbar.com
terimakasih mas. alam selalu keren!
Pemandangannya cantik ya 🙂
Iya mba. hehe. mari ke sini
Indah banget pemandangannya, tapi sayang tempatnya jauh banget dari saya,,,
wah. direncanakan aja mas buat ke sini
Jalan menuju lokasinya lumayan esktrim. Tapi terbayarkan sama pemandangannya yang indah 😀
iyees.. hehe. makasih mba
Foto-fotonya cakeeeppp!
Surga itu memang tak muda diraih, kawan. Butuh perjuangan untuk menggapainya 🙂
makasih mas e. wah disambangi blogger bandung teladan. 🙂
sempatkan ke sini mas
ada opentrip ke sana gak kak?
ikutan dong..
yok bikin. kalau beneran bikin mau order ga?
Mantab, pasti mahal ya biaya tripnya ?
terjangkau kok . murah
sadiss, fotonya garanggggg… keren… duh gw blm pernah nih ke Ciletuh huhuhuh
makasih mas dzull. hehe. perlu banyak belajar dari Mas nih untuk penulisan. mohon bimbingannya nggih!
Monggo mas. main ciletuh. kan deket toh?
Waduh seru sekali kang liburannya bareng kang cumi lagi jadi manja dong liburannya hahaha, tapi memang indah sih kang pemandangannya.
haha. kang cumi dimana2 hits banget yaa
iyaa. indah bangeet
gagal fokus sama foto-foto pemandangannya…
he he
sungguh indah sekali… boleh juga tuh ikut berpetualang…
salam
bepergianyuk.com