No Result
View All Result
insanwisata
  • Tentang kami
  • Konsultan
  • Catatan perjalanan
    Praktisi pariwisata dan desa wisata

    Menjadi Pengajar

    Sunrise Candi Plaosan

    #KelanaKai: Sunrise Candi Plaosan yang Kesiangan

    Desa Muncar Moncer

    Sofiyudin Achmad, Sosok di Balik Desa Muncar yang Kian Moncer

    Monumen Plataran

    Mengenang Pertempuran Plataran

    Desa Tanjung Binga

    Tercurah Asa Teruntuk Tanjung Binga

    Sunset Candi Barong Yogyakarta

    Kembali ke Candi Barong

  • Foto & Cerita
  • Portofolio
  • Kontak
  • Tentang kami
  • Konsultan
  • Catatan perjalanan
    Praktisi pariwisata dan desa wisata

    Menjadi Pengajar

    Sunrise Candi Plaosan

    #KelanaKai: Sunrise Candi Plaosan yang Kesiangan

    Desa Muncar Moncer

    Sofiyudin Achmad, Sosok di Balik Desa Muncar yang Kian Moncer

    Monumen Plataran

    Mengenang Pertempuran Plataran

    Desa Tanjung Binga

    Tercurah Asa Teruntuk Tanjung Binga

    Sunset Candi Barong Yogyakarta

    Kembali ke Candi Barong

  • Foto & Cerita
  • Portofolio
  • Kontak
No Result
View All Result
insanwisata

Satu Hari di Satonda

by Hannif Andy Al - Anshori
Oktober 13, 2016
6 min read
28

Tambora masih menjadi latar pemandangan sepanjang perjalanan saya. Namun puncaknya memang tak tampak tinggi. Akibat letusan 5 April 1815, tinggi Tambora yang semula 4.000 meter telah hilang hampir separuhnya. Letusan dahsyatnya telah merenggut banyak nyawa makhluk hidup di sekitarnya. Gelegar letusan Tambora juga memberi dampak yang tak terkira. Cuaca berubah semakin buruk. Diikuti penyakit menular dan bencana kelaparan. Abu vulkanik yang dimuntahkan tertiup jauh sampai Sumatera. Satu tahun berikutnya, gelap akibat abu vulkanik turut menyelimuti Eropa pada musim panas. Gelombang pasang tsunami juga menyambangi Pulau Satonda.

200 tahun sudah masyarakat meninggalkan cerita buruk bencana Tambora. Kini giliran mereka mengenangnya. Begitupun saya yang turut menelusuri jejak letusan Tambora. Dibawalah saya menuju Labuhan Kenanga, tempat mukim para nelayan yang cukup dekat dengan Tambora. Juga pada sebuah pulau vulkanik yang terbentuk akibat letusan Tambora ratusan tahun silam.

labuhan kenanga

Pak Kam tak banyak bicara di atas perahu tempel miliknya. Tanggung jawabnya cukup mengantarkan saya dan rombongan ke Pulau Satonda yang terletak di Desa Nangamiro, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Tiga puluh menit berlayar, perahu tempel sudah bisa merapat ke bibir pantai. Tampak pelancong turut menikmati sensasi snorkeling di sana. Begitu juga kapal pinisi yang membawa turis mancanegara. Mereka terjadwal transit di Satonda untuk menyelami bawah lautnya.

pulau satonda

Saya menyambut sore dengan gembira. Cuaca yang cerah akan mempertemukan saya pada senja. Satonda menjadi perpaduan alam yang sempurna. Dalam tatapan sekejap, Tambora yang awalnya masih tampak indah dari sini, siluetnya perlahan pudar diselimuti temaram. Satu per satu dari rombongan saya melepas pakaian. Bermandi pasir dan air pantai yang sangat tenang.

dsc03230

satonda

satonda

Hari semakin gelap, lekas kami berempat berbilas. Ditemani suara generator set yang memberi energi pada lampu-lampu yang remang. Kini, hanya sisa kami berempat yang mendiami pulau kecil Satonda.

Di antara banyak kamar di villa Satonda, kediaman kami yang paling gaduh. Saya masih berharap langit cerah sampai sepertiga malam untuk memoret bintang. Sayangnya, hujan deras mengguyur basah Satonda. Sampai kami terlelap tidur semalaman.

***

Alarm subuh membangunkan kami. Gonggong anjing penjaga juga mengusik tidur kami. Setelah menunaikan sholat, lekas kami trekking menuju puncak Satonda. Kami menembus waktu subuh yang masih gelap di antara rimbun pepohonan hutan Satonda. Sorot lampu senter kami membuat kelompok kalong terganggu. Mereka mengepak sayap ke berbagai arah. Hari yang masih gelap membuat kami harus ekstra hati-hati. Yang di depan bertugas meraba-raba jalan. Sementara yang di belakang mengekor dan mengawasi sekeliling.

Kami terus berjalan sampai kami yakin sudah tiba di puncak. Semburat fajar di sebelah timur perlahan menyibak langit yang masih gelap. Warnanya yang merona mempercantik sepanjang pantai Tanjung Pasir di bawah sana. Kami mengekspresikan keceriaan dengan mengambil video timelapse. Cahaya bias dari semburat fajar terpantul apik di permukaan danau air asin Satonda.

sunrise satonda
Memotret sunrise dari puncak Satonda.

satonda

satonda

satonda

satonda

satonda

Inilah Satonda jika dilihat 300 meter dari atas permukaan laut. Gelombang tsunami 200 tahun silam membuat air danau di Satonda menjadi asin. Tingkat kebasaannya sangat tinggi, bahkan walau dibandingkan dengan air laut. Danau ini juga dianggap memiliki kemiripan dengan kondisi laut zaman purba.

Lain cerita jika didengar dari mitos dan legenda. Konon, Raja Tambora dalam pejalanannya mencari pasangan hidup bertemu perempuan rupawan di dekat Dompu. Saat Sang Raja ingin meminangnya, perempuan itu justru menganggap si raja sebagai putranya yang hilang. Alam pun berubah mengerikan, sebagai pertanda akan murkanya Sang Raja. Perempuannya yang tercinta tak lain ialah ibu kandungnya. Gunung Tambora meletus dan menimbulkan gelombang besar yang memisahkan daratan. Sang Raja selamat dan terdampar di sebuah pulau. Ia menangis menyesali amarahnya. Air matanya menetes dan mengalir menggenang di Danau Satonda.

Memercayai keduanya adalah hal yang mafhum. Sayangnya, keindahan Pulau Satonda hanya dijadikan tempat transit turis mancanegara. Kebanyakan dari mereka hanya tertarik pada keindahan alam bawah lautnya saja. Setelah puas bermandikan air pantai Satonda, bersama kapal pinisinya mereka menuju Pulau Komodo.

satonda

satonda

Hari semakin terang, Satonda semakin memperlihatkan pesonanya. Airnya yang tenang berada di tengah kaldera Satonda dikepung pepohonan yang rimbun. Tambora dianugerahi destinasi lain yang turut mendampingi keelokannya. Tak sekadar menunjukkan keindahan, Satonda menjanjikan sensasi kenikmatan bagi wisatawan yang ingin pijat refleksi ikan. Saya turut mencobanya. Mencelupkan kedua kaki di pinggir danaunya, lekas berdatangan ikan-ikan kecil yang menjilat-jilat sekujur kaki. Airnya sangat tenang. Saya memilih menghabiskan waktu di sini. Ditemani kicau burung hutan yang bersuara merdu. Sesekali, saya mencicipi rasa asin dari danaunya. Saya memberikan penilaian. Rasanya memang jauh lebih asin daripada air laut yang biasanya.

satonda

satonda

Agaknya Satonda telah menjadi candu yang berlebihan. Selepas dari pijat refleksi di danaunya, kami tak lekas menuju kamar. Begitu sampai di dermaga, kami melepas pakaian, kemudian mengenakan peralatan snorkeling yang disediakan manajemen villa. Beningnya pantai Satonda membuat kami bebas memandangi kehidupan laut Satonda. Beragam jenis terumbu karang tumbuh cantik di sini. Tak heran, sejak 1999 Pulau Satonda telah ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut (TWAL) oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan.

satonda

satonda

satonda
Kapal turis yang transit beberapa jam untuk menikmati sensasi snorkeling di Pantai Satonda. Kapal ini akan melanjutkan perjalanan menuju Pulau Komodo.

Tambora tak hanya menyapa dunia, tapi juga benar-benar menunjukkan keragaman yang dibentuk pasca letusannya. Satonda satu di antaranya. Sungguh, Satonda bagian dari fenomena alam yang sangat mengesankan dan karenanya layak dilestarikan. Satu hari di Satonda, menikmati sunset dan sunrise-nya, adalah pengalaman langka selama bertualang.

Catatan tambahan:

  1. Biaya inap di Villa Satonda cukup bervariasi, mulai dari Rp 1.500.000,00 s.d Rp 2.500.000,00/ malam,
  2. Biaya penyeberangan perahu tempel dari Labuhan Kenanga menuju Pulau Satonda sebesar Rp 300.000,00 s.d Rp 450.000,00,
  3. Bagi yang tidak menginap, dikenakan tiket retribusi sebesar Rp 25.000,00,
  4. Penyewaan alat snorkeling di Pulau Satonda sebesar Rp 25.000,00/ unit,
  5. Tulisan lainnya selama di SAMOTA (Satonda Moyo Tambora) dapat disimak di Jelajah Kaki Gunung Tambora.

Video jelajah lingkar kaki Gunung Tambora melalui Kabupaten Bima dan Dompu dapat dinikmati di sini

 

satonda

 

 


Lokasi Pulau Satonda

Previous Post

Jelajah Kaki Gunung Tambora

Next Post

Pacoa Jara: Pesta Rakyat Masyarakat Bima

Hannif Andy Al - Anshori

Hannif Andy Al - Anshori

Suka bertualang untuk menikmati peninggalan sejarah, budaya, dan berinteraksi dengan masyarakat lokal. Sangat senang jika bisa berbagi cerita dan informasi kepada orang lain.

Related Posts

Praktisi pariwisata dan desa wisata
Catatan perjalanan

Menjadi Pengajar

Juni 19, 2023
Sunrise Candi Plaosan
Catatan perjalanan

#KelanaKai: Sunrise Candi Plaosan yang Kesiangan

Maret 5, 2023
Desa Muncar Moncer
Catatan perjalanan

Sofiyudin Achmad, Sosok di Balik Desa Muncar yang Kian Moncer

Desember 31, 2021
Monumen Plataran
Catatan perjalanan

Mengenang Pertempuran Plataran

Januari 8, 2020
Next Post
Pacoa Jara: Pesta Rakyat Masyarakat Bima

Pacoa Jara: Pesta Rakyat Masyarakat Bima

Comments 28

  1. Nasirullah Sitam says:
    9 tahun ago

    Situ nggak ikutan snorkeling, Nif? Sunggh kamu melewatkan kesempatan ahahahahah

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      ikutan lah. dua kali nyemplung. ketemu nemo lucu2

      Balas
  2. Fanny f nila says:
    9 tahun ago

    Kereeen ;). Aku lbh seneng wisata yg begini ni, liat danau, gunung, apalagi kalo yg terbentuk dr letusan gunung api. Ngebayangin saat meletusnya mas, ga kebayang sedahyat apa yaaa.. apalagi yg kayak danau toba..

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      makaasih Mba Fanni.
      Iya mba. keren Satonda, apalagi membaca sejarah letusan Tambora. Semoga Mba bisa ke sini yaa

      Balas
  3. Ruli retno says:
    9 tahun ago

    Saya baru denger ttg satonda ini.. terimakasih sdh berbagi.. saya suka liat foto2nya karena lokasinya bersih. Dan sepertinya memang masih alami bgt..

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      terimakasih mba. Senang bisa berbagi.
      Masih cukup alami, tapi kadang ramai kalau weekend. Turis manca suka transit di sini

      Balas
  4. Dwi Susanti says:
    9 tahun ago

    Waa fotonya ada senja ada fajar 🙂 di air-airan semuaa nif, berasa dinginnya.
    Saiki wes jago tracking mengejar fajar e ciee

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      emang e mbiyen g jago yaa? haha.
      apik toh senjane. ayo mrene. ajak kekasihmu

      Balas
  5. insanwisata says:
    9 tahun ago

    aamiin mas. semoga bisa ke Tambora dan Satonda.
    Terimakasih banyak mas

    Balas
  6. Aliko Sunawang says:
    9 tahun ago

    aduh ini racun lagi. bulan ini mau ke NTB tapi belum bisa ke Dompu. sedih bang 🙁

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      wah. harus mampir Dompu tuh. NTB nya kemana mas?

      Balas
  7. cumilebay says:
    9 tahun ago

    Jadi lw sekarang jadian ama senja ?????

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      lah. kok bisa? -__-
      akhirnya bisa komen ya

      Balas
  8. Mirwan Choky says:
    9 tahun ago

    Waaah… dapat ikan gede. Asik tuh kalau mancing ikan disitu.

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      waps. hehe. ikannya gede2

      Balas
  9. Oyong Ilham says:
    9 tahun ago

    saya yg salut liat airnya tu .. begitu jernihnya sampai karangnya keliatan semua ..wah …mantap dech

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      iya. benar2 jernih 🙂

      Balas
  10. Akhmad Muhaimin Azzet says:
    9 tahun ago

    Airnya tenang bangeeet di danau itu 🙂

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      Iya mas. Bisa ngapung kalau renang di sini

      Balas
  11. Iqbal Kautsar says:
    9 tahun ago

    Wah camping di Satonda sambil ngopi Tambora tampaknya jadi pesona yang kudu dinikmati. Semoga suatu saat aku bisa ke sana ya kak..

    Kalau ada proyek lagi ke Tambora, ajakin dong.. ehehe

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      haha. aamiin.
      besok aku berangkat lagi mas. wkwkw

      Balas
  12. aqied says:
    9 tahun ago

    liat foto perahu kecil ukuran satu orang itu bikin inget masa kecil. dulu punya kole kole di rumah.

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      kole kole namanya? kalau papua kan katinting namanya

      Balas
  13. Gallant says:
    9 tahun ago

    ke sini sekalian ke puncak tambora enak nih

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      Ke sini bawa pasangan mas

      Balas
  14. Muhammad Catur Nugraha says:
    9 tahun ago

    Mainnya udah jauh amat, mas
    envy

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      alhamdulillah ya. haha

      Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      alhamdulillah ya. haha

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

© 2023 a storyteller

No Result
View All Result
  • Tentang kami
  • Konsultan
  • Catatan perjalanan
  • Foto & Cerita
  • Portofolio
  • Kontak

© 2023 a storyteller