No Result
View All Result
insanwisata
  • Tentang kami
  • Konsultan
  • Catatan perjalanan
    Praktisi pariwisata dan desa wisata

    Menjadi Pengajar

    Sunrise Candi Plaosan

    #KelanaKai: Sunrise Candi Plaosan yang Kesiangan

    Desa Muncar Moncer

    Sofiyudin Achmad, Sosok di Balik Desa Muncar yang Kian Moncer

    Monumen Plataran

    Mengenang Pertempuran Plataran

    Desa Tanjung Binga

    Tercurah Asa Teruntuk Tanjung Binga

    Sunset Candi Barong Yogyakarta

    Kembali ke Candi Barong

  • Foto & Cerita
  • Portofolio
  • Kontak
  • Tentang kami
  • Konsultan
  • Catatan perjalanan
    Praktisi pariwisata dan desa wisata

    Menjadi Pengajar

    Sunrise Candi Plaosan

    #KelanaKai: Sunrise Candi Plaosan yang Kesiangan

    Desa Muncar Moncer

    Sofiyudin Achmad, Sosok di Balik Desa Muncar yang Kian Moncer

    Monumen Plataran

    Mengenang Pertempuran Plataran

    Desa Tanjung Binga

    Tercurah Asa Teruntuk Tanjung Binga

    Sunset Candi Barong Yogyakarta

    Kembali ke Candi Barong

  • Foto & Cerita
  • Portofolio
  • Kontak
No Result
View All Result
insanwisata

Jelajah Kaki Gunung Tambora Lingkar Utara

by Hannif Andy Al - Anshori
November 5, 2016
5 min read
23

Paradise Found. Kata yang saya temukan dalam dokumen perencanaan pariwisata untuk mem-branding nama Tambora. Istilah surga yang ditemukan bagi saya terdengar tak berlebihan. Waktu itu, saya datang untuk kedua kalinya, berniat menjelajah lingkar pinggang Gunung Tambora. Kunjungan sebelumnya saya habiskan waktu menjelajah lingkar selatan. Dalam tujuh hari pada kunjungan kedua, saya habiskan menjelajah lingkar utara. Bosan? Tentu tidak. Karena bertualang berkali-kali akan membuat kaya sudut pandang dan pengalaman.

Tapi keadaan berubah saat di lapangan. Tim yang dikirim hanya dua orang lebih cepat mengeluarkan keputusan. Kami memilih bermukim sebentar saja di Dusun Pancasila. Dusun Pancasila bukanlah kampung kecil dengan kelompok masyarakat petani kopi saja. Dibutuhkan waktu dua hari penuh untuk mengeksplor dusun yang tampak kecil ini. Belum lagi jika tuan rumah mempersilahkan mampir. Menjamu kopi seperti sudah menjadi tradisi bagi mereka untuk menyambut tamu di kampungnya. Semerbak bau dan rasa kopi Tambora memang tak membosankan. Dalam satu hari, saya bisa menghabiskan lebih dari lima cangkir.

Ahad menjadi hari yang istimewa bagi mereka. Ruas-ruas jalan diisi dengan gotong royong para pemuda. Dapur bagi Ibu-ibu Dusun Pancasila ada di mana saja, tak harus berada di belakang rumah atau tertutup agar aromanya tak tercium tetangga. Halaman rumah mereka disulap menjadi dapur yang ramah. Sementara bagi anak-anak Dusun Pancasila, berkumpul bersama teman sebaya adalah yang paling seru dibanding menyaksikan acara televisi di Hari Ahad. Mereka berkumpul. Di halaman rumah, di lincak depan rumah, di dapur ibu-ibu, maupun di tengah agenda gotong royong masyarakat.

dusun pancasila tambora

dusun pancasila tambora

dusun pancasila tambora

dusun pancasila tambora

Sore hari, tak jauh dari Dusun Pancasila, saya menuju Labuan Branti. Rencana menikmati matahari tenggelam tak keturutan karena langit enggan bersahabat. Dan lagi, ada keramahan masyarakat yang saya jumpai. Para kaum pria sedang merapikan jaring untuk mencari peruntungan melaut di sore hari. Anak-anak mereka turut menyaksikan dan mengantar.

“Ayah, jika aku besar nanti, aku akan ikut melaut bersama Ayah”. Terdengar sederhana, tapi begitu romantis di telinga.

Ada yang menyambut saya satu per satu. Tak banyak bicara, tapi penuh tawa. Ibunya tersenyum di balik jendela menyaksikan kami berbaur bahagia bersama mereka.

labuan branti

dsc05054

labuan branti

labuan branti

********

Langit semakin larut berganti malam di bawah taburan bintang. Esoknya, kami berpamitan. Kendaraan kami melaju ke arah utara, menuju Desa Kawinda To’i. Kabarnya, di sana banyak tempat menarik dengan lanskap yang berbeda. Ladang yang gersang adalah pemandangan utama di jalur lingkar utara. Di balik bukit-bukit, terhampar luas pesisir pantai dengan ombak yang cukup tenang. Petualangan dimulai. Badan kecil saya diguncang jalanan berlubang berkali-kali. Kala ada pemandangan apik, saya bergegas turun dan mengambil gambar.

kawinda to'i

Pemandangan jalur lingkar utara boleh dikatakan cukup beragam. Kami melewati mata air yang sangat jernih, Oi Tampuro, Desa Piyong. Dinginnya mata air Tampuro membasahi kulit saya yang kering disengat terik matahari. Mata air ini dijaga seharian sekumpulan sapi dan kerbau. Mereka adalah penguasa halaman Oi Tampuro. Tampak dua gadis duduk santai sembari bertukar cerita. Oi Tampuro sudah menampung peluh mereka berdua.

oi tampuro

oi tampuro

oi tampuro

Titik pertama kami memulai penjelajahan Kawinda To’i dimulai dari sini. Pak Rusdi rehat sejenak sembari membersihkan sepatu pria kesayangannya. Genap sudah lima hari beliau mendampingi perjalanan kami menjelajah kaki Gunung Tambora. Sepanjang membawa kami, Pak Rusdi tak berhenti mengajak ngobrol. Agar kami tak bosan, diputarlah keras-keras musik kesukaannya.

Tiga jam perjalanan dari Dompu akhirnya membawa kami memasuki pedesaan yang tak padat penduduk. Rumah-rumah baru didesain layaknya kawasan perkotaan. Kawasan ini dinamakan Kota Terpadu Mandiri yang menjadi ikhtiar pemerintah untuk meningkatkan pembangunan perekonomian masyarakat Tambora. Kami melintasi jalan boulevard yang setengah jadi. Menurunkan kaca jendela, kemudian menyapa rombongan pekerja bangunan yang pulang menenteng peralatan tukang.

Selesai memotret kawasan Kota Terpadu Mandiri, Pak Rusdi membawa kami menuju Air Terjun Sori Panihi. Melimpah ruah air bersih menjadi sumber kehidupan di sini. Air terjun dengan tinggi 17 meter ini menjadi sumber air bersih PDAM setempat. Di sini, sedang berjalan proyek besar PLTMH sebagai alternatif energi terbarukan yang akan menerangi Tambora sepanjang lingkar utara.

Kami mengekor tepat di belakang Pak Rusdi. Ia memimpin perjalanan blusukan kali ini. Tak sekadar menunjukkan keindahan, Air Terjun Sori Panihi adalah satu dari banyak geosite yang akan diusulkan ke nasional. Berumur lebih dari ratusan tahun, struktur tanah di Sori Panihi ditindih batuan purba akibat letusan Tambora. Menarik!

air terjun oi panihi

air terjun sori panihi

Dalam suasana masih dibawa takjub pada keragaman alam, kami melanjutkan obrolan tentang surga yang ditemukan di atas kendaraan. Surga yang bagi saya telah punya segalanya. Potensi alam yang melimpah, jejak budaya yang kaya, hingga masyarakat yang senantiasa bersahaja. Sembari menikmati suasana penutup hari dari dalam kendaraan, saya memohon dalam hati. Tetaplah lestari, Tambora dan masyarakatnya.

Catatan perjalanan lainnya dapat dibaca dalam tulisan Jelajah Kaki Gunung Tambora. Selamat menikmati!

P.S: Jika kesulitan mencari sewa kendaraan selama di Bima, ada beberapa rekomendasi saya yang dapat dihubungi: Bapak Rusdi (085338835433) dan Bapak Burhan (082341497258). Sedangkan bagi yang ingin menggunakan jasa pemandu selama pendakian Gunung Tambora jalur Kawinda To’i, dapat melalui Bapak Anton BKSDA (082340953419).

Video jelajah lingkar kaki Gunung Tambora melalui Kabupaten Bima dan Dompu dapat dinikmati di sini


Lokasi Desa Kawinda To’i

Previous Post

Pacoa Jara: Pesta Rakyat Masyarakat Bima

Next Post

Keceriaan yang Tersisa dari Homestay Pesona Jogja

Hannif Andy Al - Anshori

Hannif Andy Al - Anshori

Suka bertualang untuk menikmati peninggalan sejarah, budaya, dan berinteraksi dengan masyarakat lokal. Sangat senang jika bisa berbagi cerita dan informasi kepada orang lain.

Related Posts

Praktisi pariwisata dan desa wisata
Catatan perjalanan

Menjadi Pengajar

Juni 19, 2023
Sunrise Candi Plaosan
Catatan perjalanan

#KelanaKai: Sunrise Candi Plaosan yang Kesiangan

Maret 5, 2023
Desa Muncar Moncer
Catatan perjalanan

Sofiyudin Achmad, Sosok di Balik Desa Muncar yang Kian Moncer

Desember 31, 2021
Monumen Plataran
Catatan perjalanan

Mengenang Pertempuran Plataran

Januari 8, 2020
Next Post

Keceriaan yang Tersisa dari Homestay Pesona Jogja

Comments 23

  1. Nasirullah Sitam says:
    9 tahun ago

    Itu mbak-mbaknya kok nggak disuruh mandi? Biar bisa diabadikan 😀

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      Mbaknya buang muka.. malu ada cowo ganteng

      Balas
  2. adis takdos says:
    9 tahun ago

    wah seru!! jadi pengen ngebantuin si mbanya nyuci *eh*

    Adis takdos
    travel comedy blogger
    http://www.whateverbackpacker.com

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      itu g nyuci padahal. cuma main air :p

      Balas
  3. Dwi Susanti says:
    9 tahun ago

    Kali ini di lingkar utara ga pake motor dengan track menantang lagi nif?
    Air terjunnya ademn, senyum penduduknya juga ngademin 🙂

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      pake avanza mba. haha. terobos pokoknya.
      adem yaa. semanis senyumannya princess

      Balas
  4. insanwisata says:
    9 tahun ago

    Yes. karena sambutan ramah dr masyarakat sih mas

    Balas
  5. cumilebay says:
    9 tahun ago

    Kalo dapur terbuka gitu berarti aroma nya memanjakan yaaa, bikin nafsu mau ikutan makan hahaha #NgarepGratisan

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      sangat.. bahkan g perlu mengendus2 pura ga lapar gt. bakal ditawarin. disuguhi gratiss.. haha

      Balas
  6. Travelling addict says:
    9 tahun ago

    air terjunya seger banget jadi pengen nyeburrr…

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      emang di tambora seger2

      Balas
  7. Andi Nugraha says:
    9 tahun ago

    Keren, apalagi bisa mandi di air terjunnya 🙂
    Gunung Tambora ? Baru dengar nih.. hehe
    Indah sekali pemandangan Indonesia ini, sepertinya enak kalau bisa naik perahunya mas ?
    Ikut merahu gak mas ? 🙂

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      ikut mas. ke pulau Satonda

      Balas
  8. evrinasp says:
    9 tahun ago

    selalu suka dengan daerah Timur, gunung tambora dulunya kan besar banget ya, ingin suatu hari ke tambora juga 😀

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      iya. besar banget. semoga bisa k sini ya Mba

      Balas
  9. Sandi Iswahyudi says:
    9 tahun ago

    Ah senang dan beruntungnya bisa jelajah daerah timur gan. daerah yang selalu menawarkan senyum dan pesona yang memikat.
    Semoga esok bisa ke mari

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      aamiin mas. semoga ya.

      Balas
  10. Endah Kurnia Wirawati says:
    9 tahun ago

    keren ya masyarakat di dusun Pancasila
    kapan ya bisa ke Sumbawa lagi??

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      insyaAllah kalau ada rezeki. hihi

      Balas
  11. Eksapedia says:
    9 tahun ago

    Air terjunya keren gan 😀
    btw nggak diterusin ke puncak Tambora ??
    hehehe

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      kaga nih.. haha. g ada waktu dan diburu kerjaan

      Balas
  12. Matius Teguh Nugroho says:
    9 tahun ago

    Wah, pengen naik kebonya sambil telanjang dada.
    *antimainstream*

    Balas
    • insanwisata says:
      9 tahun ago

      saiki lagi jaman naik kebo ya mas. sambil selfie gt

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

© 2023 a storyteller

No Result
View All Result
  • Tentang kami
  • Konsultan
  • Catatan perjalanan
  • Foto & Cerita
  • Portofolio
  • Kontak

© 2023 a storyteller