“Sederek, monggo digrebreg!”
Masih segar dalam ingatan perhelatan Grebeg Gethuk dalam rangka perayaan Hari Jadi Kota Magelang ke-1109 beberapa waktu lalu. Terik kuat menyengat setibanya di Aloon-aloon Kota Magelang yang telah berjubel. Dari penuh sesaknya, ketahuan mereka sudah tak sabar menanti acara inti pagelaran ini. Dicengkeram erat jeruji pembatas antara penonton dan peserta grebeg, tanpa peduli panas yang melelehkan peluh. Hebat memang para petugas keamanan yang kuat menjaga pertahanan, tak gentar oleh kerumunan yang semakin lama semakin menyeruak meninggalkan kesan ingin menerobos dinding itu.
Alunan gamelan, suara lantang pembawa acara, dan riuh celotehan penonton berbaur jadi satu. Sekitar pukul 09.00 WIB, arak-arakan gunungan terlihat masih mengantri masuk ke arena Lapangan Aloon-aloon Kota Magelang. Rupanya itu adalah gunungan palawija. Sebanyak 17 gunungan palawija didatangkan dari 17 kelurahan di Kota Magelang untuk menyemarakkan perhelatan. Ada wortel yang oranye, cabai yang merah, kacang panjang yang hijau, jagung yang kuning, terong yang ungu. Warna-warni palawija ditata dengan apik membentuk gunungan yang cantik. Kota Magelang sebenarnya bukan penghasil palawija, pantas ada pula gunungan kerajinan tangan dan kuliner khas.
Usai rapi berbaris seluruh peserta gunungan, upacara yang ramai namun tetap khidmat dilaksanakan. Terdengar Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito menyampaikan pidatonya dalam Bahasa Jawa. Ia serukan gerakan “Ayo ke Magelang” sebagai program pembangunan di tahun 2015. Grebeg Gethuk ini pula merupakan salah satu dari rangkaian seribu event yang memeriahkan Kota Magelang. Tak tanggung-tanggung, hadir pula Duta Besar dari 16 negara sahabat. Mereka datang dari Portugal, Jerman, Arab, Armenia, Srilangka, Mongolia, Hongaria, Kazakhztan, Equador, Zimbabwe, Inggris, Amerika, Libya, India, Cina, dan Kuba. Mereka diundang untuk melihat langsung prosesi Grebeg Gethuk yang dinanti-nanti rakyat Kota Magelang.
Ngrembakaning Kabudayaan melanjutkan perhelatan di Lapangan Aloon-aloon Kota Magelang ini. Tampil seni musik dan tari dari insan-insan Kota Magelang. Drum band Laskar Diponegoro dari SMK Kesdam IV mengiringi tarian para taruna muda berperawakan gagah. Para prajurit perang itu bergerak seirama sembari meneriakkan suara lantang. Tak ketinggalan formasi kompor raksasa yang jadi ikon Kota Magelang. Kompor raksasa yang ternyata merupakan menara penampung air yang dibangun Belanda pada 1920-an.
Acara yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Masuk beriringan dua gunungan gethuk yang mencuri perhatian setiap pasang mata. Tampak gunungan gethuk berbentuk lancip menyimbolkan jaler (laki-laki) berada di depan, diikuti gunungan berbentuk bulat menyimbolkan setri (perempuan). Setidaknya 1.109 gethuk yang dijadikan gunungan sesuai dengan umur Kota Magelang tahun ini. Gethuk dipilih karena penganan berbahan dasar ketela itu merupakan kuliner khas Kota Magelang sejak jaman penjajahan Jepang yang krisis akan beras. Suasana mendadak hening. Doa dipanjatkan kepada Yang Kuasa, memohon kesejahteraan hidup bagi seluruh rakyat Kota Magelang.
“Sederek, monggo digrebeg!”
(“Hadirin, silakan di-grebeg!”)
Aba-aba diserukan lantang berbarengan dengan dibukanya jeruji pembatas lebar-lebar. Penonton berhamburan, berlarian, berdesakan, berteriak, bertubrukan, berebut gethuk maupun palawija yang dipercaya membawa berkah untuk dibawa pulang. Grebeg yang berasal dari Bahasa Jawa berarti berebut. Tradisi ini memang tak asing di Tanah Jawa, khususnya Jawa Tengah. Persis seperti yang tengah terjadi pada Hari Jadi Kota Magelang. Semua orang berlomba-lomba mendapatkan isi gunungan. Para bregodo (prajurit) dan pengiring gunungan juga tak tinggal diam. Dilempar-lemparkan isi gunungan, menggoda kerumunan melompat, jatuh, kemudian bangkit lagi, demi mengejar ‘berkah’.
Tak sampai sepuluh menit, isi gunungan habis berpindah tangan. Rakyat mulai berbalik menjauhi gunungan yang tinggal kerangka dan alas kosong. Alunan gamelan mengiringi kepulangan mereka yang tampak sumringah. Panas terik yang menyengat tak lagi mereka rasakan, yang ada kepuasan dan harapan. Harapan untuk Kota Magelang tercinta, agar semakin berbunga seperti julukan yang disandangnya. Kota Seribu Bunga.
Eh sumpah gw baru tau ada grebek gethuk. Jadi gethuk yg di rebutin … knp ngak hatiku saja kak ??? #NasibLajang
Om cumi mau direbutin sm ibu2 dan simbah2? Hehe
Paling seneng gue kalo ke acara perayaan atau festival lokal kaya gini. Tapi sayang kesempatan untuk menyaksikan kemeriahan acara seperti ini sangat jarang di dapat karena waktu dan tempat.
Jangan sungkan untuk mampir ke http://www.travellingaddict.com
iya kak. sekarang ada Magelang Tempo Doloe lhohh. besuk juga mau ke sana.
Wah, langsung mlipir ke sana 🙂
terimakasih udah mampir
Aaaak.. Kangen Magelaaaang >,<
ayo mba ke Magelang lagi 🙂 kemarin habis ada event Magelang Tempo Doeloe