FOTO & CERITA | Oleh: Hannif Andy Al Anshori
WAYANG ORANG | merupakan salah satu kebudayaan Indonesia yang sampai saat ini masih dilestarikan keberadaannya. Adegan dan sesi yang dinanti oleh para pemirsa biasanya adalah munculnya kelompok Punakawan yang terdiri dari Semar dan ketiga anaknya, yakni Bagong, Petruk, dan Gareng muncul. Dengan lelucon yang khas, Punakawan mampu menghibur para pemirsa,
Berada di Taman Sriwedari, kami menyaksikan pentas seni Wayang Orang. Para penari dan pelestari yang rata-rata adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang berdinas di Pemerintah Kota Solo ini diberi mandat khusus untuk melestarikan budaya Wayang Orang Sriwedari lewat pentas seni pertunjukan. Inilah salah satu bentuk kepedulian Pemerintah Kota Solo untuk melestarikan pertunjukan Wayang Orang.
CERITA | Cerita yang dipentaskan di dalam pertunjukan Wayang Orang Sriwedari tidaklah selalu sama. Cerita Wayang Orang Sriwedari biasa mengangkat kisah Mahabarata atau Ramayana. Gelaran Wayang Orang Sriwedari biasanya dimulai pukul 20.00 WIB setiap malamnya. Untuk dapat menikmati pertunjukan ini, kami cukup membayar Rp 10.000 untuk kelas VIP.
DI BALIK PANGGUNG | Kami sengaja datang tepat pukul 19.00 WIB untuk menyaksikan para lakon memulas wajah mereka. Atas ijin pihak Taman Sriwedari Solo, kami berkesempatan bertemu dengan para penarinya. Pada bangunan yang tampak lawas dan cukup hangat, mereka merias wajah dengan bantuan cermin meja rias.
MENGHIBUR | Dipentaskan saban Senin hingga Sabtu, Wayang Orang Sriwedari tak pernah kehilangan pemirsanya. Meskipun kursi penonton hanya terisi satu baris, atau bahkan hanya dua kursi saja, pertunjukan Wayang Orang Sriwedari akan tetap dipentaskan secara utuh. Bagi mereka dan Pemerintah Kota Solo, seni dan tradisi harus terus dilestarikan.
LAWEYAN | Usai menyaksikan pertunjukan Wayang Orang Sriwedari, keesokan harinya kami berpindah menuju Kampung Laweyan. Kampung ini menjadi kampung wisata yang wajib dikunjungi selama di Solo. Selain dikenal sebagai kampung heritage, Laweyan terkenal sebagai sentra batik tulis terbesar di Solo.
BUNKER | Kampung Laweyan juga dikenal sebagai pusat pemukiman para saudagar batik. Kekayaan yang berlimpah membuat mereka sedikit waspada dengan kejahatan di sekeliling kampung. Membangun rumah dengan tembok yang tinggi dan kokoh, menempatkan banyak pintu khusus yang menghubungkan antar rumah, hingga membuat bunker adalah cara saudagar batik Laweyan menyembunyikan dan menyimpan kekayaan.
PEMILIK BUNKER | Harun Muryadi (71 tahun), penjaga sekaligus pemilik salah satu rumah yang kami datangi di Kampung Laweyan mempersilakan kami memasuki bunker di kolong rumahnya. Menurutnya, dulunya bunker menjadi tempat untuk bertapa dan menyembunyikan harta benda. Namun sekarang, Yadi hanya dapat menutup rapat bunker yang tak lagi difungsikan.
FOTO BERSAMA | Diikuti rasa penasaran yang besar, kami pun menuruti langkah kaki menyusuri lorong-lorong Kampung Laweyan untuk bertemu langsung dengan pemilik bunker, Harun Mulyadi.
SPOT FOTO | Tidak dapat dipungkiri, Laweyan memiliki ciri khas kota tua yang membuat kami betah untuk menyusuri lorong jalannya. Salah satunya berada pada jalan utama menuju Laweyan. Dengan corak warna tembok berwarna hijau, berpadu dengan desain jendela kuno berwarna putih adalah latar foto yang apik untuk diabadikan.
SENI MURAL | Siapa sangka, lukisan jalanan atau dikenal dengan sebutan mural menjadi salah satu daya tarik wisata di Kota Solo. Salah satu tempat yang memiliki lukisan mural adalah di koridor Jalan Gatot Subroto. Terlihat di sana wajah Ir. Joko Widodo, Wali Kota Surakarta (2005-2012) yang sekarang menjabat sebagai Presiden RI (2014-2024).
PRAMUWISATA | Terima kasih kepada Halim Santoso, Travel Blogger asal Solo yang telah memandu kami berkeliling Kampung Laweyan, menyaksikan pertunjukan Wayang Orang Sriwedari, mengajak kami untuk mencicip kuliner khas Solo, hingga ke tempat-tempat yang berkesan. Terima kasih atas jamuan dan cerita-ceritanya yang lengkap. Bagi Anda yang tertarik berkeliling Solo, Anda dapat menghubungi Halim Santoso melalui alamat surel : halimsantoso84@gmail.com
© 2023 a storyteller