Setelah perjalanan panjang melihat pesona Tambrauw di kawasan pesisir selesai dengan waktu dua hari. Dengan menggunakan Hilux yang sama saya pun berpindah menuju daerah pedalaman Kabupaten Tambrauw yang ditempuh dengan waktu lebih dari 5 jam perjalanan. Medan yang dilalui nampaknya lebih berat dibanding dengan medan Sorong menuju Sausapor. Terdapat jalan berkelok-kelok yang dinamakan Bukit Spanyol dengan ketinggian di atas 1.000mdpl.
Gambaran tentang daerah pedalaman Papua tentulah sedikit bisa kita bayangkan. Dengan segala fasilitas yang serba terbatas dan kehidupan masyarakat yang masih tradisional. Namun tidaklah demikian. Beruntung saya masuk ke daerah pedalaman di waktu yang tepat. Pedalaman yang dimaksud adalah Distrik Fef, Distrik Miyah, Distrik Syujak, Distrik Yembun, dan Distrik Kebar. Saat itu adalah bertepatan dengan datangnya Bupati Kabupaten Tambrauw untuk melantik seluruh kepala Distrik di Tambrauw. Tentu saja, dengan nuansa berpesta dan bergembira, masyarakat berdandan seperti masyarakat Papua kebanyakan. Berbalut pakaian adat dengan segala jenis perlengkapan berburu di tangan seperti panah, parang, maupun tombak.
Pakaian adat pria dan wanita di Kabupaten Tambrauw secara spesifik mirip dengan pakaian adat Papua secara umum. Dengan mengenakan bermacam-macam hiasan seperti hiasan kepala burung cendrawasih, gelang dari kulit/akar pohon, kalung dari taring binatang, ikat pinggang dari manik-manik, serta rumbai-rumbai di pergelangan kaki.
Distrik Kebar dipilih sebagai lokasi pelantikan seluruh kepala distrik di Kabupaten Tambrauw. Masing-masing masyarakat distrik mengarak pemimpin distriknya dengan tarian-tarian tradisional. Salah satunya adalah Tari Poserar atau yang biasa dikenal dengan nama Tari Tumbuk Tanah. Tarian ini adalah tarian yang paling energik dengan gerakan melompat-lompat dan bersorak-sorak.
Bicara tentang tarian, saya teringat tentang adat masyarakat Tambrauw, yaitu Sekolah Adat. Pada umumnya, sekolah adat tak jauh berbeda dengan pendidikan formal di sekolah. Bentuk dari sekolah adat ini adalah bagian dari pendidikan adat bagi para pemuda-pemudi akil baliq masyarakat Kabupaten Tambrauw. Sekolah adat ini lebih dikenal dengan nama Mber Uon (khusus laki-laki) dan Fenia Meroh (khusus perempuan). Materi yang diajarkan di sekolah adat ini meliputi nilai-nilai moral dan etika, keterampilan, dogma adat, tabu-tabu adat, keagamaan, dan pendidikan karakter.
Pelaksanaan sekolah adat ini bersifat tertutup dan sangat rahasia. Bahkan masyarakat kampung di luar peserta pun tidak diperkenankan mengetahui bentuk dari sekolah adat. Bagi anak-anak laki-laki, biasanya mereka akan mendapatkan pendidikan sekolah adat di tengah hutan rimba. Sedangkan anak perempuan, mereka ditempatkan di hutan atau di rumah para pemangku adat.
Jangka waktu sekolah adat bagi peserta yang sudah masuk bangku pendidikan (formal) biasanya berlangsung selama dua tahun. Sedangkan bagi peserta yang belum masuk bangku pendidikan (formal) dapat menempuh sekolah adat selama empat tahun. Kewajiban peserta sekolah adat selama berada di rumah adat wajib berada di dalam rumah adat dan tidak diperkenankan bertemu serta bertatap muka dengan kaum perempuan. Peserta sekolah adat juga tidak diperkenankan mengkonsumsi banyak makanan berupa daging-dagingan dan minuman yang memabukkan. Banyaknya pantangan dan kewajiban yang harus dipatuhi tersebut ditujukan agar para peserta sekolah adat dapat benar-benar bebas dari masalah duniawi sehingga peserta memiliki jiwa yang bersih, fokus mendengar motivasi yang disampaikan para pembimbingnya. Itulah sekilas tentang sekolah adat di Kabupaten Tambrauw.
Singgah sebentar saja di Distrik Kebar, saya dan tim pun disambut ramah oleh Bu Haji di rumahnya. Suguhan makan berat pun disajikan di meja makan, daging rusa. Kami pun mendahului tamu penting Bupati Tambrauw yang seharusnya juga makan siang di sini. Rasanya yang gurih dengan tekstur daging yang kaya serat sangat lezat disantap.
Selain potensi budaya dengan kehidupan tradisional masyarakat, di Distrik Kebar juga terdapat sumber air panas. Sumber air panas ini terletak di Kampung Atai, Distrik Kebar, Kabupaten Tambrauw. Terdapat empat titik sumber air panas yang keluar langsung dari permukaan dan mengalir terus sepanjang lebih dari 20 meter. Sumber utama air panas dengan ukuran lebar sekitar 3 meter ini dipercaya masyarakat lokal dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit, rematik, dan pegal-pegal.
Tak jauh dari sumber air panas, terdapat padang alang-alang Kebar yang mirip dengan savanna. Bentuknya yang menyerupai Bukit Tubbies ini memiliki luas layaknya lapangan golf. Hijau rumputnya yang terbentuk secara alami juga sering dijadikan menjadi tempat bermain rusa yang tersebar di hutan Kebar.
Berpindah sedikit menuju Kampung Siakura di Distrik Miyah, terdapat air terjun bertingkat bernama Air Terjun Epiah. Kawasan wisata alam ini tersohor dengan panorama alam yang indah, udara yang segar, dan suasana yang sejuk. Air terjun ini mengalir dan bermuara sampai Sungai Aifat. Air Terjun Epiah juga digunakan sebagai lokasi upacara adat bagi masyarakat setempat. Terlihat tulang belulang binatang dan simbol-simbol upacara adat di sekitar Air Terjun Epiah.
Habis sudah waktu yang direncanakan satu pekan mendokumentasikan pesona Tambrauw. Dari Distrik Miyah, mobil Hilux terus diarahkan menuju Kabupaten Sorong yang memakan waktu hampir 6 jam lamanya. Sebagai penutup, kami menyantap ikan segar di Km 12 Sorong yang di sana mayoritas pedagangnya juga berasal dari tanah Jawa.
Baca juga cerita perjalanan sebelumnya di https://insanwisata.com/pesona-tambrauw-dari-pesisir-sampai-pedalaman/
Tips untuk berwisata ke Kabupaten Tambrauw
- Gunakan masyarakat lokal sebagai guide/pemandu.
- Transportasi laut menggunakan Marina Express dari Pelabuhan Sorong menuju Tambrauw (Minggu dan Jumat). Berangkat dari Sorong pukul 14.00 WIT dengan harga tiket Rp175.000,00/orang.
- Dari Sorong menuju Tambrauw wajib menggunakan mobil Hilux. Untuk menumpang mobil Hilux dari Sorong sampai Distrik Sausapor, Tambrauw dikenakan biaya Rp275.000,00 (luar) dan Rp300.000,00 (dalam). Untuk biaya sewa Sorong sampai Sausapor, Rp4.000.000,00 s.d Rp5.000.000,00 (sekali jalan).
- Saat berada di Papua, kenakan lotion anti nyamuk untuk menghindari malaria.
- Biaya makan untuk satu orang di Tambrauw sekitar Rp30.000,00 s.d Rp80.000,00.
- Provider yang tersedia di tiap distrik Kabupaten Tambrauw hanya telkomsel.
Amazing post dear!
https://www.bloglovin.com/blogs/printed-sea-3880191
Mahal yaaa kak …biaya nya ku tak sanggup tapi papua mmg menyimpan berjuta pesona 🙂
Iya kak Cum. Mahal e ke Papua itu. Tapi Kak Cumi pasti bisa ke sana deh 🙂 hehe. Makasih Kak Cumi udah berkenan mampir.
Bagus bingit…. Papua memang indah sekali
Hamba Tuhan Yang Paling Cool? tak salah lagi, aimien embisa
Foto air terjun diatas bernama Ayaidrat (dlm bahasa setempat diartikan air yang terpecah-pecah, sumber : yoseph Baru, warga kampung setempat), terletak di kampung Siakwa, distrik Miyah, Kabupaten Tambrauw.
Air terjun ayaidrat memiliki ketinggian sekitar 40 meter, terbagi dalam 3 tingkat terjunan air dengan jarak terjunan ke-1 ke terjunan ke-3 sejauh sekitar 70 meter
Huaa. Makasih Mb sylva sudah berkenan memberikan koreksi. Saya dapat nama ini dari masyarakat lokal dan orang dinas pariwisatanya.. hehe. Mba asli Tambrauw kah?