Hampir sepuluh derajat celcius di desa wisata Gubugklakah, namun senyum dan keramah tamahan warga desa cukup untuk menghangatkan suasana. Gubugklalah yang berdiri di kaki gunung Semeru memang dingin bukan main. Meskipun begitu, para pemandu lokal yang baik, kocak, dan bersahabat selalu siap menemani. Kaki-kaki tangguh mereka tak pernah lelah melangkah, berlari, maupun mendaki. Jari-jari mereka selalu sigap mengabadikan setiap momen berlatarkan pemandangan asri. Perjalanan dari Gubugklakah menuju Bromo pun hampir dilakukan setiap hari.
Sekitar dua jam perjalanan harus dilalui menggunakan Jeep. Guncangan di atas jalanan terjal terbayar oleh pemandangan indah di sisi kanan dan kiri. Kebun sayur milik warga Tengger tersebar hijau sejauh mata memandang. Pemandangan yang hanya dihiasi kabut di pagi hari. Tak hanya itu, perjalanan dari Gubugklakah juga melewati desa Ngadas, desa tertinggi di Jawa Timur, desa yang bertetangga dengan Ranu Pane. Jika cuaca cerah di dini hari, ribuan bintang bersinar diatas langit sepanjang perjalanan dari Malang sampai Probolinggo. Dusun Seruni di kabupaten Probolinggo menjadi tempat pertemuan dengan mentari terbit. Sungguh salah satu perjalanan terindah yang pernah ada di Benua Asia.
Tak puas jika hanya melihat primadona Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dari kejauhan, Jeep melaju lagi, meninggalkan dusun Seruni. Pemandangan hijau perkebunan berganti hamparan pasir yang luas sekali. Pasir hitam yang akan terbang tertiup angin dan menimbulkan suara berbisik. Lautan pasir itu dikelilingi bukit-bukit dengan batuan kapur yang menjulang di beberapa sisi. Hamparan pasir yang dinamai Pasir Berbisik ini menyajikan pemandangan dan suasana layaknya gurun pasir di Benua Afrika.
Masih ada keindahan yang tak kalah menarik di belahan lain Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Setelah mengarungi lautan pasir yang menyerukan bisikan-bisikan keindahan alam, rerumputan mulai tampak tumbuh hijau di kejauhan. Ya, Padang Savana dan Bukit Teletubbies yang hijau menjulang tinggi di sisi kanan dan kiri. Jeep yang melaju tampak kecil dikelilingi sejuk dan hijaunya rerumputan Gunung Kursi. Surga dunia yang satu ini milik Ibu Pertiwi, pemandangan yang tak kalah cantik dari Benua Eropa.
Tiga benua sekaligus dalam kabupaten Malang, Kota Apel dengan segala pesonanya. Menikmati pemandangan-pemandangan indah ditemani dengan pemandu lokal dari desa wisata Gubugklakah merupakan pengalaman yang tak akan pernah terlupakan. Tetap semangat untuk seluruh pemandu dan warga desa wisata Gubugklakah. Jagalah Tiga Benua Satu Malang untuk kita semua.