Kamu punya kampung halaman yang sangat indah. Kenapa tidak kamu ceritakan?
Lagi-lagi tulisan ini mengulas tentang Bali dan pariwisatanya. Beberapa tahun belakangan, saya tak selalu sempat menangkap foto dengan objek ikon pariwisata yang ada pada uang kertas lima puluh ribu rupiah ini. Pura Ulun Danu namanya. Barulah kemarin, saya paksakan untuk datang sendiri berkendara sepeda motor pinjaman.
Saya sedang bernostalgia. Sudah lebih dari sepuluh kali saya berwisata ke Bali, tapi baru kali ini saya jalan sendiri. Sembari menggandeng tripod dan kamera yang setia menemani sepanjang perjalanan saya, cepat saya mengambil posisi. Di antara rindang pohon yang teduh berhias Danau Bratan, saya biarkan angan terbang sejauh mungkin. Terbayang dalam cermin Danau Bratan. Menemui potongan kisah bertahun-tahun yang sudah terpisah entah kemana. Saya menghirup dalam-dalam udara sejuk pagi itu. Beberapa detik terbuai dalam lamunan dengan mata terpejam. Ibu, indahnya kampung halamanku ini. Meskipun cuaca cukup dingin dan sejuk, membayangkan kenangan masa kecil membuat segalanya menjadi hangat.
Hening suasananya ketika semilir angin bertiup sepoi. Berada di dataran tinggi, menjadikan destinasi ini diselimuti kabut tipis yang membuat udara sejuk dan berembun. Jelas langit tampak senang hari itu. Ia menjadi tuan rumah yang akan memanjakan tamu-tamunya. Menyuguhkan jamuan Danau Bratan sebagai penyegar ketika terik menyengat. Dan meletakkan bangunan luhur Pura Ulun Danu sebagai hidangan utamanya. Ia mempersilakan para pelancong menikmati suguhan sederhananya.
Selamat pagi, Bali! Sapaanmu pagi ini sungguh meneduhkan. Sembari melepas pandangan di antara kerumunan pelancong yang baru saja datang, perlahan saya menyesap suasana syahdu pagi itu. Melalui alunan musik gending khas Bali dengan semerbak bau dupa bercampur bunga saji yang dibawa masyarakat lokal yang sedang memuja Tuhannya. Sejenak segalanya terasa magis. Tak kalah romantisnya, pagar alami berhias kembang aneka warna menambah cantik rupa Pura Ulun Danu.
Langit kembali bersolek. Cepat ia mengusir kabut tipis yang sempat menutup keindahannya. Langit tak mau bersekongkol dengan kabut hari itu. Nampaknya, ia tahu saya ingin merekam gambar berlatar langit cerah. “Kabut, cepatlah pergi!” usirnya. Lantas seluruh lensa kamera diarahkan pada gagahnya pura luhur Ulun Danu di tengah danau. Di ketinggian 1239 meter di atas permukaan laut ini, saya pun tururt mengabadikan keindahannya.
Terlalu banyak yang bisa dikagumi dari pura luhur ini. Meru (atap) bertumpang sebelas ini adalah salah satunya. Wajar rasanya jika ia dinobatkan menjadi tempat yang wajib dikunjungi di Pulau Bali. Meskipun telah ada sejak 500 tahun Sebelum Masehi, kemagisan dan nilai spiritualnya masih terjaga asli.
Besar rasa terima kasih masyarakat Hindu pada I Gusti Agung Putu sebagai pendiri Kerajaan Mengwi sekaligus pendiri Pura Ulun Danu. Tak hanya sebagai tempat puja Dewi Danu (Dewi Danau) atau pelaksanaan upacara Melasti saja. Bahkan pura luhur ini telah menjadi magnet wisatawan yang berkontribusi pada pendapatan daerah. Betapa banyaknya wisatawan yang berkunjung. Ulun Danu tak hilang dari nilai-nilai sakral dan budaya masyarakat setempat. Ia tetap menjadi tempat ibadah yang sesak umat bersembahyang. Ia bahkan tetap menjadi tempat wisata yang nyaman. Pula, ia tetap dipromosikan dengan gencar lewat uang kertas lima puluh ribu rupiah. Meskipun nantinya dibelanjakan, paling tidak masyarakat luar Bali telah mengenal Pura Ulun Danu. Atau mungkin karena Bali selalu punya cara untuk membuat suasana menjadi dramatis, sehingga budaya dan alam menyatu erat dengan kegiatan pariwisata?
Berkat Danau Bratan, konon Kerajaan Mengwi mendapatkan kesejahteraan yang berlimpah. Ladang pertanian masyarakat sekitar subur dengan hasil yang memuaskan. I Gusti Agung Putu pun mendapat gelar I Gusti Agung Sakti karena dianggap telah menjadi pemimpin rakyat yang sakti lagi bijaksana.
Ulun Danu yang menentramkan rasa. Apalagi dengan gemericiknya air yang ada di sekitaran Danau Bratan, riuh wisatawan tak lagi mendominasi. Saya kembali mendapat cerita. Bahwa Danau Bratan konon adalah danau terluas di Bali. Suatu ketika datanglah gempa besar yang mengakibatkan danau terbelah menjadi tiga, yaitu Bratan, Buyan, dan Tamblingan yang masih berada dalam satu kawasan. Betapa kekuatan bencana memberi dampak yang luar biasa pada pariwisata Bali. Selain menyisakan tangisan, ternyata masih ada hikmah di baliknya.
Menyesap suasana syahdu di Pura Ulun Danu tak ada habisnya. Saya berencana bergegas pulang, tapi tak segera berkendara. Tak rela sepertinya waktu terbuang di atas kuda besi tanpa mengagumi seluruh isi kawasan. Saya kembali masuk ke pelataran Pura Ulun Danu. Mengarahkan tustel pada setiap sudut yang saya anggap sakral. Kompleks bangunan suci Pura Ulun Danu Bratan ini ditujukan untuk persembahan bagi dewa Trimurti (Brahma, Wisnu, dan Siwa) dalam kepercayaan Hindu Bali.
Kembali menyusuri kawasan, saya disapa ramah masyarakat Bali yang baru saja datang. Semerbak wanginya lagi-lagi sangat khas. Mereka akan segera sembahyang tepat jam 12.00 siang nanti. Datanglah banyak turis yang ingin berfoto dengan mereka karena busananya yang apik. Saya memilih mengabadikan keramahannya.
***
Bali bagi saya, adalah destinasi terbaik untuk bernostalgia. Bali bagi saya, selalu mengisyaratkan suasana romantisme. Sepuluh tahun besar di Pulau Dewata bukanlah waktu yang singkat untuk mengenalnya. Bali adalah destinasi yang selalu saya nantikan. Karena dengan datang kembali, saya dapat memahaminya lebih dalam lagi. Semerbak suasana khas Bali masih segar selama berkendara. Saya berpuas diri mengagumi langit yang telah melepas saya pulang ke rumah. Ia nampak senang pagi itu. Para tamunya telah dijamu dengan suguhan apik tanpa pemandangan kabut. Dan motor pun melaju, kembali pulang untuk mengeksplor ragam wisata di Singaraja. Meskipun begitu, saya masih menyimpan rindu pada Ulun Danu. Rindu yang teramat dalam. Saya akan datang kembali, menggunakan burung besi Lion Air dengan tiket pesawat yang cukup terjangkau harganya.
Baca juga: Singaraja, Kota Bersejarah yang Kaya Ragam Wisata
Lokasi Pulau Ulun Danu
Jadi kapan aku dan teman-teman diajak ke Bali? Kali aja dikasih gratisan kan? kakakkaka
Ayok . pas nikahan ku. eh.. haha
pulkam, main ke sini aahh
tengkiu share infonya yak
Asli Bali juga? salam kenal yaak
Pura, Danau Bratan, Langit biru cerah, terus bunga merahnya. Aaa pik.
Hanif punya kampunh halaman kece kenapa tak sering sering pulang? Mudik besok harus sudah bawa istri :p
Lah. itu Pamali mba pulang bawa istri. Pulang itu bawa duit yg banyak . istri cari di Bali. eh
Iya. ayok ke Bali. mesti belum pernah toh? Mari menyesap kesyahduan di sini
haaa… screenshot ah: cari istri di bali.
Udah pernah yooo…di GWK, Bedugul, sama Trunyan nyari tengkorak-tengkorak
Screenshoot aj mb. Mau dilaporin k siapa emg? Wew.. aku malah blm pnh k trunyan
Wah, asik banget bisa kesana..indah banget Indonesia
Terimakasih Mba. Yuk ke sini
Waktu ke Bali belum sempat ke sini nih, nanti kalau ke Bali mesti singgah kayaknya. Enak banget itu gimana caranya dapet momen fotonya bersih, nggak dikerumunin orang2 :O
Aku datang pagi sih mas. dan pas bukan weekend gitu. Tapi kalau udah masuk jam 11an makin ramai. hha.
Monggo, besok kalau ke Bali agendakan ke sini
Waaa…jadi pengen ke bali lagi.
Ini pura yg ada di uang 50 ribu kan ya.
Iya mas. yang ada di uang 50ribuan kita. tapi saya pas ke sini, uangnya malah kupake bayar tiket masuk. hahaa. jadi g kefoto sama uangnya deh
entah mengapa aku suka sekali dengan pura, apalagi kalau lihta ada yang sembahyang , seperti magis
iya. sayangnya g dapat gambar pas lagi sembahyangan nih. hehe
Ini kan yang di uang 50rb ya hehehe
Suka tempatnya, adem
iya mba. bener banget 🙂 Sayang pas ke sini ga bawa uang 50rb an 😀
Yuk ke sini
wah asik sekali, jadi pingin kesana 🙂
monggo kak. kesini yuk
Foto kamu kece yooo, jangan lupa ntar fotoin daku yg tampan ini hahahaha
pujian yg ada pinta dibaliknya -__-
Siap deh. tapi yakin beneran mau foto pakai kostum sexy di depan para dosen2?
Yah dia jadi ikutan, nambah saingan deh hehe. Horeee bulan depan aku mau ke bali, insyaa Allah, karena blog akhirnya bisa ke Bali deh
Hehehe. Bersaing dlm berkarya dan prestasi itu baik kok mba..oh y kah? Alhamdulillah deh.. jgn lupa mampir singaraja yaa
Hai mba
Bali memang menawarkan keindahan alam dan masyarakat yang ramah ya mba 🙂
Sy bukan mba2 btw.. wkwk
Iya.. bali slalu jdi pilihan buat piknik
Beberapa kali ke bali belum sempat ke Pura ulun 🙁
Ayo diagendakan main ke sini mas..hehe
kece bgt.. mbok ak diajak dan di foto disini kak :p
Lha mbok ayo bro dolan bareng..liburmu kapan.haha
ajak-ajak kami dong kalo tim Insanwisata ke bali huehueeh 😀
wkwkw. timnya cuma dua orang. kalau jalan juga masih sendiri2. hehe.
ayok dah ke Bali. kontak aja Mba 😀
lah? Hanif asli Bali? baru tahu. dulu kesini pas langitnya mendung, dingin dan berangin. beruntunglah kamu bro, cuacanya pas bagus, langit biru, bunga bermekaran haha. good luck ya, semoga dapat rejeki dari airpaz!
hihi. makasih mas fahmi.
Iya mas. saya pas kesini pas lebaran kemarin. langitnya cakepppp
Tulisan menarik, terima kasih atas partisipasinya dalam lomba blog Airpaz.
Semoga menang dapat tiket pesawat gratis dari Airpaz yah 🙂
Airpaz
Vivianstephanie140@gmail.com
Terimakasih apresiasinya
Bener-bener syahdu suasananya
Syahdu banget 😀
Pas banget mau ada agenda ke bali nih. Masukin itinenary ah~ :p
Ciee. asikkk. jangan lupa mampir Singaraja ya hehe. Bisa dibaca di postingan sebelumnya lho :p
pengen ke bali lagi, seru cerita travel nyahh….
Yuk k bali…jangan lupa ke singaraja
jadi inget jaman SMA dulu, wisata nya ke sini
heuheu, nostalgia…
iyaa . mari nosltalgia lagii
Kapan ya saya bisa ke Bali? Hhhmmm….
Hayuk mas ke bali..semoga ada rejeki k bali ya
nanti kalau ada rezeki dan wakttu ..kepingin juga main ke bali ..melihat pantai-pantai nya yg menawan
aamiin. semoga bisa ke sini ya
wwhaaa jadi pengen ke bali lagi.
terima kasih infonya..