Masih segar di ingatan tentang dua bulan menetap di Pulau Nyamuk, pulau terjauh dalam gugusan Kepulauan Karimunjawa. Biarpun tujuan utamanya bukan travelling, tetapi banyak pula diselingi perjalanan yang sayang jika hanya dibiarkan terkenang dalam angan. Aku pun bertemu sahabat yang rela mengesampingkan jam kerjanya demi memamerkan sedikit keindahan Indonesia di pulau tempatnya bermukim. Pak Husein namanya, seorang nelayan yang lihai menyelam, gemar bercerita, dan amat bersahaja.
Pak Husein tengah memperbaiki mesin kapalnya saat pertama kujumpai di dermaga lama. Baru sebentar mengenal satu sama lain, ia janjikan padaku travelling keliling Pulau Nyamuk segera setelah kapalnya dapat berlayar kembali. Diceritakannya keindahan pantai yang mengelilingi pulau, jernihnya perairan yang jadi ladang nelayan, hingga sejarah yang pernah tertoreh di sana. Ah, semakin dibayangkan, semakin aku tak sabar dibuatnya.

Foto oleh: Tim KKN-PPM UGM JTG27
Selang beberapa waktu, Pak Husein tepati janjinya. Dipersilakan aku duduk di atas kapal fibernya. Pelan, kapal berkapasitas maksimal tujuh orang itu terombang-ambing di lautan dengan rute perjalanan mengitari Pulau Nyamuk. Dari lautan, rumah warga tertutup barisan nyiur dengan pantai-pantai kecil sebagai tepinya. Perairan yang dangkal dan jernih membuat sebaran terumbu karang dan tumbuhan laut dengan mudah ditangkap mata telanjang. Di timur pulau, kapal Pak Husein menepi, di sebuah daratan menyerupai pulau kecil yang berbatu, berpasir, dan hanya sedikit ditumbuhi mangrove. Namanya Ujung Molah, akan tenggelam kala air pasang. Pak Husein mengajak duduk sebentar di sana, sambil diceritakannya asal-usul Pulau Nyamuk. Nama ‘Nyamuk’ ternyata merupakan singkatan dari ‘Nyantri Mukti’ yang berarti murid yang berbakti kepada guru. Legenda yang beredar menceritakan Ujung Molah dulunya dibuat oleh kesaktian seorang wali. Namun karena ketahuan oleh masyarakat pulau, daratan itu tak selesai tergarap. Suasana sore di Ujung Molah yang dikelilingi laut dangkal jernih sungguh tentram, teriring suara Pak Husein yang samar-samar dibawa angin.

Foto oleh: Tim KKN-PPM UGM JTG27
Melanjutkan kisah Sang Wali pemelihara Pulau Nyamuk, pada lain hari Pak Husein memandu rute travelling kuburan, terdiri dari sumur peninggalan wali, makam wali, makam sahabat wali, serta tugu (gundukan) menyerupai stupa. Makam wali bernama Syekh Abdullah Manikam ditandai dengan nisan batu karang, begitu pula dengan makam sahabat wali yang tak diketahui namanya. Sumur Wali yang berada di dekat makam dipercaya keramat oleh masyarakat. Sementara tugu menyerupai stupa ditutup kain putih. Ketika kain disibak, terlihat bagian atas tugu telah dilapisi semen dan direlief mengikuti pola aslinya, bagian bawahnya yang masih asli terbuat dari perunggu. Lantas, sejak kapan manusia mulai menghuni pulau kecil ini? Pak Husein pun tak tahu jawabnya.

Foto oleh: Tim KKN-PPM UGM JTG27
Pak Husein mengajakku bertualang lagi, travelling gua bersejarah di lereng bukit dengan semak belukar yang tak pernah lagi dilewati orang. Ada Gua Sumur Wali yang dulunya dipakai berlindung oleh Sang Wali, terhubung dengan Sumur Wali di atasnya. Ada Gua Pande, tempat memproduksi parang dan keris. Dan Gua Kemasan, tempat memproduksi perhiasan. Ceruk yang besar-besar itu kini dibiarkan sunyi dipenuhi hawa mistis.

Foto oleh: Tim KKN-PPM UGM JTG27
Lelah berjalan, di tepi pantai Pak Husein memetik kelapa dan dikumpulkannya jadi satu. Kelapa kemudian diiris bagian atasnya, dibuang sedikit airnya, dituangi susu kental manis, lalu dibakar sampai kulitnya gosong. Kelapa Bakar khas Karimunjawa buatan Pak Husein sungguh nikmat! Aroma bakar bercampur daging kelapa empuk dan air kelapa yang manis membuatku menyesapnya sampai habis.

Foto oleh: Tim KKN-PPM UGM JTG27

Foto oleh: Reza Nurdiana
Dari semua perjalanan bersama Pak Husein, memandang sunset dari atas kapalnya adalah yang paling kusukai. Ia posisikan kapal tepat di sisi keramba ikan miliknya, menghadap lembayung yang mengantar mentari hilang ditelan laut. Saat itu, aku semakin sadar akan keindahan alam Indonesia, membuatku makin tak tega untuk merusaknya. Sementara Pak Husein yang apa adanya tampak selalu bahagia. Bukan karena uang, juga perhiasan. Tetapi karena ia selalu bersyukur atas hidupnya. Beribu terima kasih untuk Pak Husein yang baik hati karena telah membuat travelling-ku semakin bermakna.

Foto oleh: Reza Nurdiana

Foto oleh: Tim KKN-PPM UGM JTG27

Foto oleh: Tim KKN-PPM UGM JTG27
Lokasi Pulau Nyamuk
Dari sekian banyak foto, paling kasian foto terakhir. Itu bapak dipaksa sama Reza buat angkat tangan 🙂 🙂
reza suka maksa
Apalagi kalau ada orang yg bawa kamera. Selalu maksa buat difoto
Paksaan itu Mas. hehehe
asik nih mb ceritanya, jd mupeng kesitu juga nih 🙂
Yuk Mba, jangan lupa ketemu Pak Husen sekalian yaa
Mau banget deh mb, nanti deh ambil cuti cuss kesana..oya mb salam kenal ya 🙂
Salam kenal juga. Boleh. Silahkan kontak kami ya kalau ke sana. hehe
Saya suka ke pulau nyamuk